PT Matahari Department Store Tbk (LPPF) menyampaikan kinerja 74 gerai ritel miliknya di seluruh Indonesia terdampak oleh pembatasan jam operasional menjadi lebih singkat. Hal ini menyusul kebijakan pemerintah terkait Penerapan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) berskala mikro mulai 22 Juni 2021, guna menghambat penyebaran Covid-19.
Jumlah gerai yang terdampak kebijakan pemerintah itu tercatat 50% dari total gerai yang dimiliki Matahari Department Store, yakni sebanyak 148 gerai. Matahari menyediakan berbagai produk pakaian, kecantikan, dan sepatu bagi kalangan menengah.
Kendati operasional terkena dampak pembatasan, Manajemen Matahari Department Store mengatakan akan mematuhi dan mendukung semua upaya yang diperlukan untuk menjaga kesehatan dan keselamatan pelanggan dan karyawannya. Perusahaan juga akan terus menegakkan protokol kesehatan dan memantau dengan cermat aktivitas di seluruh gerai.
Melalui Tim Operasional dan Risiko Matahari Department Store, perusahaan terus menerapkan protokol kesehatan dan akan mematuhi instruksi dari pihak berwenang, sejalan dengan upaya menjadi warga perusahaan yang baik.
"Gerai-gerai Matahari akan tetap buka secara penuh sesuai dengan jam operasional mal yang saat ini dikurangi, meskipun ada tantangan lain, seperti pengurangan kapasitas peritel makanan dan minuman, kecuali jika ada perintah penutupan," ujar manajemen Matahari Department Store dalam keterangan tertulis pada Keterbukaan Informasi, Rabu (23/6).
Selama periode PPKM, anak usaha Grup Lippo ini akan fokus menjangkau para pelanggan melalui saluran digital, yakni Matahari.com, Shop & Talk, dan kehadiran produk di marketplace terpilih.
"Perusahaan akan terus memantau situasi dan mengambil langkah yang tepat dan terukur agar dapat mengelola risiko terkait dampak penyebaran Covid-19," kata manajemen.
Sebelumnya, emiten berkode saham LPPF ini menutup 13 gerai ritelnya pada 2021. Selain itu, perusahaan juga mengawasi 23 gerai dengan cermat dan memantau 10 gerai lain untuk ditindaklanjuti dengan strategi efisiensi. Kendati demikian, perusahaan membuka satu gerai baru di Balikpapan, Kalimantan Timur pada April 2021.
Chief Financial Officer Matahari Department Store Niraj Jain memastikan perusahaan melakukan pengendalian yang ketat atas beban operasional dan belanja modal. Dia mengaku terus mendapat dukungan dari pemilik mal dan pemasok.
"Usaha terus beroperasi, meski dalam situasi makro yang menantang," ujar Niraj dalam keterangan tertulis.
Sepanjang kuartal I 2021, menurut dia, bisnis ritel masih terdampak oleh kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) ketat yang berlaku hingga 8 Februari 2021 lalu. Kemudian berlanjut dengan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Berskala Mikro yang sampai saat ini masih diterapkan.
"Kami juga telah memulai program musiman lebih awal agar keamanan kedatangan para pengunjung terjaga dan sebagai antisipasi atas situasi yang tidak menentu, khususnya pembatasan mudik," kara Niraj.
Berdasarkan kinerja laporan keuangan, LPPF membukukan rugi bersih sebesar Rp 95,35 miliar pada kuartal I 2021, atau membengkak dari rugi bersih yang dialami perusahaan pada periode yang sama tahun lalu Rp 93,95 miliar.
Hal itu bermula dari penyusutan pendapatan bersih sebesar 24,98% menjadi Rp 1,16 triliun pada kuartal I 2021, dari raihan sebelumnya Rp 1,54 triliun. Pendapatan Matahari Department Store mayoritas masih berasal dari penjualan eceran sebesar Rp 741,4 miliar. Angka tersebut menurun 24,1% dibanding Rp 976,77 miliar.
Pendapatan juga disumbang oleh penjualan konsinyasi sebesar Rp 416,01 miliar atau menyusut 22,29% dari raihan sebelumnya Rp 535,35 miliar. Sementara itu, pendapatan jasa Matahari hanya Rp 4,83 miliar atau anjlok hingga 86,96% dari Rp 37,04 miliar.
Terkait liabilitas, entitas Grup Lippo ini juga mengaku sudah memperpanjang fasilitas pinjaman bank senilai Rp 1 triliun dan mengakhiri kuartal I 2021 dengan saldo pinjaman bank sebesar Rp 480 miliar. Hal ini menunjukkan perusahaan mengambil posisi konservatif dalam situasi ekonomi yang tak pasti.