Perusahaan unicorn teknologi, PT Bukalapak.com Tbk (BUKA) mengantongi laba bersih sebesar Rp 8,59 triliun pada periode semester pertama tahun ini.

Kinerja tersebut berkebalikan dari periode semester pertama di tahun sebelumnya yang mana perusahaan mencatatkan kerugian bersih senilai Rp 768,64 miliar.

Mengacu publikasi laporan keuangan perusahaan, Bukalapak membukukan pendapatan bersih sebesar Rp 1,69 triliun, meningkat 95,94% dari tahun sebelumnya Rp 863,62 miliar.

Sedangkan, dari laba nilai investasi yang belum direalisasikan mencapai Rp 9,79 triliun. Sehingga, setelah dikurangi beban  dan pendapatan operasi lainnya, perseroan mengantongi laba usaha senilai Rp 8,60 triliun.

Manajemen Bukalapak menyampaikan, keuntungan tersebut disebabkan oleh laba nilai investasi marked to market dari PT Allo Bank Tbk (BBHI).

Sampai dengan enam bulan pertama tahun ini, Bukalapak mencatatkan kenaikan Total Processing Value (TPV) sebesar 24% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, menjadi Rp 36,5 triliun.

Pertumbuhan TPV Perseroan didukung oleh peningkatan jumlah transaksi sebesar 24% sepanjang 3 bulan kedua di tahun 2022 dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya.

Sebanyak 75% TPV Perseroan berasal dari luar daerah Tier 1 di Indonesia, di mana penetrasi all-commerce dan tren digitalisasi warung serta toko ritel tradisional terus menunjukan pertumbuhan yang kuat.   

Sementara itu, Mitra Bukalapak merupakan penggerak utama pertumbuhan Perseroan; di mana TPV Mitra pada kuartal kedua 2022 bertambah sebesar 25% menjadi Rp 17,7 triliun dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya tumbuh sebesar 46% menjadi Rp 35,0 triliun. 

Pertumbuhan Mitra ini didukung oleh berkembangnya variasi produk dan jasa yang ditawarkan oleh Bukalapak kepada para Mitra. Pada akhir bulan Juni 2022, jumlah Mitra yang telah terdaftar mencapai 14,2 juta, meningkat dari 11,8 juta pada akhir Desember 2021.

Manajemen Bukalapak menyampaikan, pada tahun ini, perseroan tetap memiliki fokus pada kinerja operasional. Oleh karena itu, manajemen perseroan tetap menggunakan adjusted EBITDA sebagai indikator kinerja Perseroan. 

Sebagaimana diketahui, Bukalapak membukukan adjusted Earning Before Interest, Taxes, Depreciation, and Amortization (adjusted EBITDA) sebesar -Rp 732 miliar pada semester pertama tahun ini, di mana rasio adjusted EBITDA terhadap TPV menunjukkan peningkatan dari -1,2% di semester pertama 2021 menjadi -1,0% di semester I 2022.

Selain itu, dengan peningkatan efisiensi yang diiringi oleh pertumbuhan yang kuat, Bukalapak juga memiliki permodalan yang kuat dengan posisi kas perseroan sebesar Rp 20 triliun pada akhir bulan Juni 2022.