PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) menetapkan peringkat idA+ untuk Obligasi Berkelanjutan III Barito Pacific sebesar maksimum Rp3 triliun. Penerbitan obligasi termasuk penerbitan tahap pertama sebesar Rp1 triliun yang akan digunakan untuk pembiayaan kembali utang.
“Kami juga telah menegaskan kembali peringkat idA+ kepada PT Barito Pacific Tbk (BRPT) dan Obligasi Berkelanjutan I Tahun 2019-2020 dan Obligasi Berkelanjutan II Tahun 2021-2022. Prospek untuk peringkat perusahaan adalah stabil,” demikian dikutip dari keterangan Pefindo, Rabu (8/2).
BRPT adalah perusahaan induk investasi yang dimiliki oleh Prajogo Pangestu. Perusahaan yang berdiri sejak 1979 tersebut beroperasi pada dua segmen utama, yakni petrokimia dan energi panas bumi melalui kepemilikan saham mayoritas pada PT Chandra Asri Petrochemical Tbk dan Star Energy Group Holdings (SEGH).
Per 30 Juni 2022, pemegang saham BRPT adalah Prajogo Pangestu (70,85%), PT Barito Pacific Lumber (1,20%), PT Tunggal Setia Pratama (0,34%), saham diperoleh kembali (0,60%), dan lainnya (27,01%).
Peringkat dari Pefindo kali ini mempertimbangkan kinerja bisnis petrokimia yang melemah pada paruh pertama tahun 2022 karena harga bahan baku yang lebih tinggi, serta melemahnya permintaan global produk tersebut. Namun, Pefindo menilai hal tersebut dimitigasi oleh likuiditas yang kuat dan membaiknya kinerja bisnis energi.
Peringkat tersebut mencerminkan posisi pasar yang kuat dari segmen operasional utama BRPT pada bisnis petrokimia serta bisnis energi panas bumi.
Selain itu, juga terjadi pembagian dividen yang baik dari anak-anak usaha utama, serta arus pendapatan yang stabil dari segmen energi panas bumi.
“Namun, peringkat tersebut dibatasi oleh leverage keuangan yang moderat, akses tidak langsung terhadap arus kas operasional anak perusahaan, dan risiko yang melekat dengan segmen operasi utama perusahaan, dalam pandangan kami,” lanjut Pefindo.
Peringkat akan dinaikkan jika kinerja BRPT membaik, yang tercermin dengan membaiknya profil keuangan secara berkelanjutan. Terutama, leverage finansial sebagai hasil dari upaya penurunan utang serta kemampuan anak-anak perusahaan dalam menghasilkan arus kas yang lebih tinggi.
Di sisi lain, peringkat akan diturunkan jika terdapat penurunan dalam profil keuangan atau aliran arus kas dari anak-anak perusahaan secara berkelanjutan.
Hal ini dapat disebabkan oleh selisih yang menipis pada bisnis petrokimia, utang lebih besar dari yang diproyeksikan tanpa diiringi oleh kemampuan menghasilkan arus kas yang lebih kuat, dan/atau bencana alam yang sangat memperburuk kinerja segmen panas bumi.
Peringkat juga belum memperhitungkan belanja modal tambahan yang didanai dari utang untuk pembangunan kompleks petrokimia kedua di bawah TPIA, karena keputusan investasi final belum difinalisasi.