Majelis Ulama Indonesia (MUI) menyatakan haram membeli produk dari produsen Israel dan dari perusahaan yang secara nyata mendukung agresi Israel ke Palestina. Hal tersebut tertuang dalam fatwa terbaru Nomor 83 Tahun 2023 tentang Hukum Dukungan terhadap Perjuangan Palestina.
Ketua MUI bidang Fatwa Asrorun Niam Sholeh mengatakan, fatwa tersebut merupakan bentuk komitmen dukungan kepada perjuangan kemerdekaan bangsa Palestina. Lebih jauh, ia mengatakan MUI mengimbau umat Islam untuk semaksimal mungkin menghindari transaksi atau menggunakan produk Israel dan yang terafiliasi dengan Israel.
MUI menilai penggunaan produk Israel secara tidak langsung akan turut berkontribusi menyokong tindakan pembunuhan warga. Dampaknya pelaku pasar turut memboikot produk yang dianggap pro Israel, yang pada akhirnya berujung pada penurunan harga saham-saham dari emiten tersebut.
Berikut beberapa emiten yang produknya diboikot karena dianggap pro Israel:
PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR)
Saham UNVR terpantau menurun 0,29% ke level Rp 3.470 pada penutupan perdagangan sesi I hari ini, Senin (15/11). Jika ditarik lebih jauh, saham UNVR sudah merosot 3,61% selama satu pekan dan ambles 9,16% dalam kurun satu bulan terakhir.
Tercatat nilai transaksi saham UNVR sebanyak 28,34 miliar dengan volume sebesar 8,16 juta. Sedangkan kapitalisasi pasarnya saat ini mencapai Rp 132,38 triliun.
Direktur Kiwoom Sekuritas Indonesia Chang-kun Shin menyebut seruan boikot berdampak negatif ke harga saham UNVR. Terutama di media sosial yang membeberkan produk-produk UNVR yang harus dihindari.
PT MAP Boga Adiperkasa (MAPB)
Sementara saham MAPB stagnan di level Rp 1.985 pada perdagangan hari ini. Nilai transaksi saham MAPB senilai 992,50 ribu dengan volume sebesar 500. Sedangkan kapitalisasi pasarnya saat ini mencapai Rp 4,74 triliun.
Dalam sepekan terakhir, saham pengelola Starbucks, Pizza Marzano hingga Subway ini mencatatkan penurunan sebesar 0,25%. Adapun dalam satu bulan terakhir saham MAPB masih membukukan kenaikan 1,79%.
PT Fast Food Indonesia Tbk (FAST)
Fast Food Indonesia merupakan perusahaan publik yang bergerak dalam bidang makanan dan restoran. Perusahaan ini mengoperasikan Kentucky Fried Chicken Indonesia atau yang dikenal dengan sebutan KFC.
Saham FAST terpantau stagnan di level Rp 750. Adapun kapitalisasi pasarnya saat ini mencapai Rp 2,99 triliun. Selama satu pekan terakhir, FAST tak bergerak dan dalam satu bulan terakhir merosot 5,06%.
PT Mitra Adiperkasa Tbk (MAPI)
Emiten perdagangan ritel MAPI terpantau melesat 5,97% di level Rp 1.685 pada perdagangan hari ini, Rabu (15/11), meski aksi boikot produk-produk perseroan masih berlangsung.
Frekuensi saham MAPI sebanyak 5.752 kali dengan volume sebesar 19,70 juta lembar saham, dan nilai transaksinya sudah mencapai Rp 32,68 miliar. Adapun kapitalisasi pasarnya saat ini mencapai Rp 27,97 triliun.
PT MAP Aktif Adiperkasa Tbk (MAPA)
Emiten perdagangan ritel anak usaha dari PT PT Mitra Adiperkasa Tbk (MAPI), yakni PT MAP Aktif Adiperkasa Tbk (MAPA) juga menguat 1,91% di level Rp 800 per saham.
Saham MAPA sudah ditransaksikan sebanyak 775 kali dengan volume sebesar 7,02 juta, dan nilai transaksinya sudah mencapai Rp 5,59 miliar. Adapun kapitalisasi pasarnya saat ini mencapai Rp 22,80 triliun.
Meskipun produk-produk yang dikelola oleh MAPA, sebagai anak usaha dari MAPI, tidak termasuk dalam daftar produk yang sedang mengalami boikot, namun karena keterkaitannya dengan MAPI maka secara tidak langsung MAPA juga terpengaruh oleh aksi boikot tersebut.
MAPA mengelola produk-produk olahraga seperti Skechers, New Balance, Reebok, Converse, gerai olahraga seperti Planet Sports, Sports Station, serta produk mainan seperti Lego, Bandai, dan Kidz Station.
PT Sarimelati Kencana Tbk (PZZA)
Saham emiten pemegang merek Pizza Hut di Indonesia tersebut juga terpantau melemah 0,49% ke Rp 480 per lembar. Dalam sepekan saham PZZA ambles 0,97% dan secara tahun berjalan sudah merosot 24,44%.
Direktur Kiwoom Sekuritas Indonesia Chang-kun Shin menyampaikan dari semua emiten tersebut, yang paling berdampak adalah produk Unilever. Hal itu disebabkan produk UNVR telah banyak digunakan semua kalangan.
Terlebih lagi, kata Chang-kun Shin, mayoritas umat muslim lebih beralih ke produk lain. Dengan demikian, permintaan terhadap produk tersebut akan turun drastis.
“Terutama keputusan MUI yang mengeluarkan fatwa haram akan membuat tekanan ke produk yang berkaitan dengan Israel,” ujar Chang-kun Shin kepada Katadata.co.id, Rabu (15/11).
Fatwa haram terhadap produk-produk yang terafiliasi dengan Israel oleh MUI diharapkan bisa menciptakan momentum penting untuk memunculkan kesadaran akan konflik di Timur Tengah di kalangan masyarakat Indonesia. Sementara boikot dianggap bisa menjadi bentuk ekspresi solidaritas.