PT Solusi Sinergi Digital Tbk atau WIFI milik Hashim Djojohadikusumo mencatatkan kinerja positif selama Januari – September. Analis BCA Sekuritas Selvi Oktaviani menetapkan target harga saham emiten telekomunikasi ini Rp 4.000 per lembar.

Selvi mengatakan pendapatan WIFI sesuai ekspektasi sekuritas. Namun, laba bersih tercatat jauh di bawah proyeksi analis, terutama akibat melemahnya kinerja segmen periklanan.

Laba bersih WIFI selama Januari – September 78% di bawah perkiraan sekuritas. Hal ini karena pendapatan yang lebih rendah dan kerugian operasional di segmen periklanan akibat kenaikan beban biaya.

Meski demikian, pendapatan segmen telekomunikasi melonjak 234% secara tahunan atau year on year (yoy). Hal ini menandakan proyek fiber to the home atau FTTH mulai memberikan kontribusi nyata terhadap kinerja perseroan.

Ke depan, segmen telekomunikasi diproyeksikan menjadi kontributor utama sekaligus pendorong pertumbuhan WIFI. “Kami mempertahankan peringkat beli (buy) dengan target harga Rp 4.000 per saham, yang menyiratkan 10,2x EV/EBITDA 2026F,” ujar Selvi dalam riset BCA Sekuritas yang dikutip Selasa (15/12).

Kinerja Keuangan WIFI 2025

Selvi menyebutkan WIFI mencatatkan kenaikan laba bersih 71% yoy menjadi Rp 260 miliar. Capaian ini setara 76,3% dari proyeksi BCA Sekuritas dan 61,6% dari konsensus setahun penuh 2025.

Dari sisi profitabilitas operasional, Laba Sebelum Bunga, Pajak, Depresiasi, dan Amortisasi atau EBITDA WIFI tumbuh 77% yoy. Namun, margin EBITDA turun menjadi 50,5%, mengakhiri tren margin di atas 75% yang tercatat selama enam kuartal sebelumnya.

Penurunan margin terutama dipicu oleh segmen periklanan yang mencatatkan EBITDA negatif, sementara margin EBITDA segmen telekomunikasi relatif stabil di kisaran 71,5%.

Selvi menyebut, kenaikan pendapatan WIFI pada 2025 ditopang lonjakan pendapatan segmen telekomunikasi 234% yoy, berkat pertumbuhan jumlah pelanggan B2C. Sebaliknya, pendapatan iklan turun 25,6% yoy .

Dengan demikian, segmen telekomunikasi menyumbang 91% dari total pendapatan, sedangkan iklan 9%. Pada sembilan bulan 2025, total pendapatan WIFI tercatat Rp 1,01 triliun atau tumbuh 101% yoy.

WIFI mencatatkan pertumbuhan agresif pelanggan internet rumahan. Dalam waktu kurang dari satu tahun, jumlah akses internet rumah meningkat menjadi 1,5 juta.

Hanya dalam satu kuartal, perseroan menambah 627 ribu akses, dari 876 ribu pada Juni 2025 menjadi 1,5 juta pada September 2025, dengan basis sekitar 831 ribu pelanggan. Tingkat adopsi mencapai 55%, jauh di atas rata-rata industri yang berada di kisaran 20%.

Selvi melanjutkan, dari sisi neraca, kondisi keuangan WIFI dinilai tetap sehat. Arus kas dari aktivitas operasi (cash flow from operations) berbalik positif menjadi Rp 146 miliar pada 2025.

Perseroan juga memperoleh pendanaan Rp 5,9 triliun dari penerbitan saham baru dan Rp 2,5 triliun dari penerbitan obligasi, yang menopang belanja modal sebesar Rp 2,4 triliun pada sembilan bulan tahun ini.

Rasio lancar WIFI berada di level 3,4 kali, dengan posisi kas bersih per September. Pada 2025, perusahaan diperkirakan mengalokasikan Rp 808 miliar untuk biaya awal dan biaya spektrum tahun pertama proyek 5G Fixed Wireless Access (FWA) 1,4 GHz.

Selvi menjelaskan penurunan margin EBITDA dan laba bersih pada 2025 disebabkan oleh beberapa faktor. Segmen periklanan mencatatkan rugi operasional Rp 88,8 miliar.

“Pendapatan lain yang tercatat pada kuartal sebelumnya berubah menjadi kerugian lain, yang semakin menekan laba bersih,” kata dia.

Selain itu, pendapatan lain yang sebelumnya bersifat positif berubah menjadi kerugian, serta lonjakan beban bunga sebesar 160% menjadi Rp 117 miliar akibat penerbitan Obligasi Seri II dan obligasi syariah masing-masing Rp 1,25 triliun pada Juli.

Masuknya NTT East sebagai pemegang 49% saham di anak usaha WIFI, PT Integrasi Jaringan Ekosistem (IJE), juga menyebabkan sebagian laba segmen telekomunikasi dialokasikan ke mitra strategis tersebut.

Proyeksi Bisnis WIFI 2026

Menjelang akhir 2025, manajemen WIFI menargetkan pendapatan sekitar Rp 1,4 triliun dan EBITDA Rp 940 miliar, dengan margin EBITDA sekitar 64%.

Pertumbuhan pendapatan diharapkan berasal dari peningkatan pelanggan FTTH hingga 1,5 juta pada akhir 2025, serta penambahan satu juta homepass baru sehingga totalnya mencapai 2,5 juta.

Namun, BCA Sekuritas menilai panduan kinerja 2025 mencerminkan potensi pertumbuhan yang terbatas, meski ada rencana penambahan sekitar 670 ribu pelanggan FTTH baru. 

“Menurut pandangan kami, manajemen mungkin mengantisipasi pendapatan B2B telco yang lebih lemah pada tahun 2025, konsisten dengan pola yang diamati tahun lalu,” ujarnya.

Untuk 2026, WIFI menargetkan ekspansi agresif. Di segmen FTTH, perseroan membidik lebih dari 5 juta homepass dan lebih dari 3 juta home connect. Sementara di bisnis 5G FWA, WIFI menargetkan pembangunan lebih dari 5.000 lokasi dan meraih hingga 5 juta pelanggan.

Baca artikel ini lewat aplikasi mobile.

Dapatkan pengalaman membaca lebih nyaman dan nikmati fitur menarik lainnya lewat aplikasi mobile Katadata.

Reporter: Karunia Putri