Ekonomi Indonesia diperkirakan sudah mengalami titik terendah akibat pandemi corona pada kuartal kedua tahun ini. Mantan Menteri Keuangan Chatib Basri memperkirakan pemulihan ekonomi Indonesia bakal membentuk kurva dengan bentuk mirip logo merk sepatu, Nike.
Menurut Chatib, beberapa leading indikator pada kuartal II, kondisi ekonomi sepertinya sudah menyentuh titik terbawah dan sudah mulai ada pembalikan. Ekonomi Indonesia pada kuartal kedua terkontraksi 5,2% dan diprediksi membaik meski masih berpotensi terkontraksi hingga 2,9% berdasarkan proyeksi pemerintah.
"Pemulihan ekonomi secara total tidak mungkin membentuk kurva seperti huruf V. Paling mungkin seperti logo Nike atau huruf U," ujar Chatib Basri dalam diskusi virtual 'Outlook Ekonomi: Peluang RI Keluar Resesi' yang ditayangkan Katadata.co.id, Rabu (21/10).
Proyeksi model pemulihan ekonomi tersebut, menurut Chatib, dengan asumsi tidak terjadi lonjakan lagi pada kasus Covid-19. Sementara jika terjadi lonkakan kasus, pemulihan ekonomi kemungkinan akan berbentuk huruf W.
"Saat ini indikatornya sudah terjadi pembalikan tetapi jika ada gelombang kedua pandemi, maka polanya akan kembali turun," katanya.
Ia memperkirakan ekonomi pada kuartal pertama tahun depan sudah kembali positif jika tidak terjadi gelombang dua lonjakan kasus Covid-19. "Bahkan kalau sedikit agak baik, kuartal keempat (2020) sudah dapat positif," katanya.
Namun, Chatib menjelaskan perekonomian Indonesia belum akan sepenuhnya pulih pada tahun depan. Ia memperkirakan roda ekonomi hanya mampu berputar paling optimal 80% dari kapasitasnya pada 2021 dan baru kembali normal pada 2022. Ini lantaran ia pesimistis program vaksinasi rampung pada tahun depan.
"Selama vaksin belum selesai didistribusikan, maka protokol kesehatan perlu diterapkan. Dengan protokol kesehatan, ekonomi tidak mungkin 100% karena ada isu jaga jarak," katanya.
Kurva berbentuk logo Nike terjadi ketika grafik menunjukkan pertumbuhan ekonomi dengan perlahan, tapi sulit kembali seperti sebelum masa krisis dalam waktu singkat.
"Penurunan tajam akan diikuti oleh kenaikan yang sedikit lebih datar yang pada akhirnya melampaui tingkat PDB pra-corona," kata Holger Schmieding dan Kallum Pickering, dua ekonom dari Bank Berenberg dalam laporan mereka yang dikutip Bloomberg.
Kurva U menunjukkan grafik pemulihan ekonomi yang berjalan lambat meskipun akhirnya melenting seperti sebelum krisis terjadi. Hal ini biasanya ditandai penurunan tajam lapangan kerja, PDB, dan hasil industri akibat krisis. Lalu berangsur pulih dalam waktu 1-2 tahun.
Melansir Investopedia, Kepala Ekonomi IMF Simon Jhonson medeskripsikan kurva U seperti bathtub. “Kamu masuk ke dalam bak mandi, lalu berdiam di situ. Sisi bak licin dan mungkin ada pegangan, tapi kamu lebih memilih berdiam di situ dalam waktu lama,” kata Simon pada 2009 untuk mendeskripsikan pemulihan atas krisis yang terjadi saat itu.
Sementara kurva W menunjukkan resesi ekonomi mencapain titik terdalam lalu pulih dengan cepat seperti semula tetapi kemudian tersuruk lagi dan bangkit lagi. Ini kerap juga disebut sebagai double dip recession karena ekonomi tersuruk dua kali sebelum pemulihan terjadi secara utuh.
“Dalam konteks ekonomi ini akan menyebabkan krisis berulang,” kata Keith Wade, Direktur Ekonomi Schorder Investment Management Ltd, seperti dikutip Bloomberg.