Kementerian Perdagangan menyatakan tantangan utama ekspor buah lokal bukanlah aturan pembatasan di negara tujuan ekspor. Tantangan utama ekspor buah sebenarnya dapat diselesaikan di tangah petani, yakni lalat buah.
Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional Kemendag Didi Sumedi mengatakan, pemeriksaan lalat buah sebenarnya terbilang mudah, yakni mengupas buah secara sederhana.
"Selalu dalam rapat-rapat inter-kementerian ini dibahas. Saya kira sebenarnya tidak perlu diingatkan lagi teman-teman Kementerian Pertanian. Pertanyaanya, mau enggak petani buah melakukan treatment yang disarankan pemerintah?" kata Didi di Kantor Kementerian Perdagangan, Kamis (5/10).
Didi mengatakan, pemerintah telah memiliki cara mencegah masuknya lalat ke dalam buah. Hasilnya, sebagian petani buah kini telah dapat mengekspor hasil panennya.
Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan sebelumnya mengaku menghadapi kesulitan yang sama dalam memfasilitasi ekspor buah-buahan lokal ke beberapa negara. Zulkifli mengatakan, ekspor buah mangga ke Jepang dan buah salak ke Cina hingga kini masih sulit.
Ia menjelaskan, kedua negara Asia Timur tersebut mengenakan persyaratan yang panjang dan sulit dipenuhi. Meski demikian, data Badan Pusat Statistik menunjukkan, Cina dan Jepang masuk dalam 10 negara tujuan utama ekspor buah lokal.
Tiongkok menjadi negara tujuan ekspor buah-buahan terbesar Indonesia pada 2022.Menurut BPS, jumlah volume ekspor buah-buahan ke Tiongkok pada 2022 mencapai 335.230 ribu ton senilai US$ 124,2 juta.
Sementara itu, volume ekspor ke Jepang tahun lalu mencapai 2.539 ton. Jepang menduduki posisi kesembilan dalam daftar 10 negara tujuan ekspor buah sebelum Nigeria sebanyak 4,2 ton.
BPS mendata volume ekspor buah-buahan Indonesia mencapai 769.900 ribu ton pada 2022. Jumlah tersebut berkurang 180.500 ribu ton dibanding volume ekspor pada 2021.
Meski volumenya menurun, nilai ekspor buah-buahan pada 2022 mencapai US$522,15 juta, naik signifikan dibanding nilai ekspor tahun sebelumnya yang hanya US$393,4 juta.