Foto: Lika Liku Berburu Lebah Madu Hutan

Adi Maulana Ibrahim|Katadata
Editor: Yuliawati
7/3/2020, 08.40 WIB

Berburu madu di hutan merupakan pekerjaan yang digeluti Koswara (39) sejak 23 tahun lalu. Pekerjaan ini tidaklah mudah. Koswara bersama kawan-kawannya mesti melewati jalanan yang terjal dan sulit di kawasan Hutan Palalangon Ujung Berung, Kabupaten Bandung. Mereka pun dihantui sengatan lebah yang mematikan.  

Koswara harus menempuh perjalanan masuk ke hutan sekitar satu jam dengan mengendarai sepeda motor. Jalannya berliku dan berbatu. Perjalanan itu masih berlanjut dengan berjalan kaki menembus terjalnya hutan Palalangon yang dipenuhi semak untuk sampai ke sarang lebah.

(Lihat: Foto: RSPI Sulianti Saroso Tumpuan Asa Pasien Corona )

Jenis lebah yang diincar adalah Apis Dorsata yang dikenal sebagai lebah madu raksasa. Apis Dorsata membuat sarang di tempat terbuka yang menggantung di dahan dan ranting pohon hingga tebing jurang bebatuan. Hingga kini, para ilmuwan belum berhasil membudidayakan Apis Dorsata.

Koswara dan para pemburu madu hutan lainnya membekali diri dengan menggunakan pelindung kepala dan potongan batang tepus. Asap yang keluar dari potongan batang tepus yang dibalut dedaunan yang dibakar, ampuh mengusir lebah dari sarangnya. Sarang Apis Dorsata ukuran kecil menghasilkan sekitar 6 kilogram madu. Yang ukuran besar bisa mencapai 20 kilogram madu.

Selain berburu lebah di hutan, Koswara memiliki penangkaran lebah yang dikelola bersama istrinya. Ada tiga jenis lebah yang diternak, yakni Apis Melipera, Apis Cenara, dan Apis Trigona. Madu, bee pollen dan propolis yang dihasilkan lebah-lebah tersebut berjejer rapi di depan pekarangan rumahnya.

Dalam satu tahun, Koswara memanen empat kali dengan hasil rata-rata dua kwintal sekali panen. Masa terbaik panen yakni pada Februari hingga Agustus. Satu sangkar koloni yang dihuni kurang lebih 10 ribu lebah mampu menghasilkan dua sampai tiga kilogram madu yang dijual mulai dari Rp 150 ribu hingga Rp 750 ribu per kilogram.

Manisnya madu sangat bergantung pada sumber pakan yang berada dalam radius 700 meter persegi dari rumah lebah atau penangkarannya. Keanekaragaman hayati di sekitar lingkungan turut mempengaruhi kualitas dan kuantitas dari madu yang dihasilkan.

(Baca: Foto: Kisah Kopi dari Pegunungan Malabar)