Pada kuartal ketiga 2021, perusahaan yang bergerak di bidang kesehatan dan farmasi, PT Kalbe Farma Tbk, mencatat kinerja yang memuaskan. Pendapatan dan laba bersihnya naik dua digit. Lalu, bisnis digitalnya pun tumbuh lebih 100%.
Presiden Direktur Kalbe Farma Vidjongtius mengatakan, pandemi Covid-19 memberikan plus-minus kepada bisnis perusahaan. “Kami sekarang mulai merasakan perbaikan. Mudah-mudahan hingga tahun depan,” katanya pada pertengahan Desember lalu kepada Sorta Tobing dan Lavinda.
Sektor kesehatan, dalam hitungannya, dapat tumbuh 1,5 kali sampai dua kali dari pertumbuhan ekonomi pada tahun depan. Perusahaan berkode efek KLBF itu akan mengembangkan bisnis digitalnya. Ada pula rencana akuisisi dan IPO anak usahanya.
Seperti apa targetnya dan berapa dana yang perusahaan siapkan? Berikut petikan wawancaranya:
Seberapa besar dampak pandemi Covid-19 ke kinerja Kalbe Farma?
Hampir dua tahun ini kita telah berhubungan langsung dengan pandemi. Pengaruhnya sangat banyak karena Covid-19 adalah penyakit baru. Ini menjadi tantangan bagi dunia kesehatan.
Dampak ke bisnis kami itu plus-minus. Kalau saya melihat secara keseluruhan, secara keuangan, saat 2020 minusnya tinggi. Mulai 2021, karena manajemen Covid-19 membaik, positif pula ke kinerja kami.
Saat ini mulai kelihatan pembalikan. Terjadi recovery dari negatif menjadi positif. Kami sekarang sudah mulai merasakan perbaikan. Mudah-mudahan hingga tahun depan.
Di bisnis apa saja yang mendorong kinerja positif itu?
Otomatis adalah obat-obat resep. Kami juga mengeluarkan inovasi baru, yaitu tes reaksi berantai polimerase (PCR) menggunakan air liur atau saliva sehingga konsumen lebih praktis.
Satu lagi pendorongnya adalah konsumen bisnis digital kesehatan. Selama dua tahun ini kebutuhan layanan digital meningkat pesat, baik itu vitamin, suplemen, resep, konsultasi dokter, sampai pasokan bisnis kepada apotek dan rumah sakit.
Pertumbuhan bisnis digital Kalbe Farma?
Di atas 100%. Konsumennya memang masih kecil dibandingkan yang konvensional. Itu masih wajar. Tapi trennya sangat baik. Layanan digital akan lebih besar di masa depan.
Kalau bicara konsumen, layanan konsultasi digital sekitar 10 juga sampai 15 juta per bulan. Ini akan terus meningkat karena banyak orang merasakan kemudahan dari layanan ini.
Strategi 2022 akan seperti apa?
Arah persiapan kami lebih strategis ke depan. Kami berharap kasus Covid-19 akan terkendali sehingga tahun depan lebih banyak aktivitas untuk mendukung program jangka panjang itu.
Apabila pertumbuhan ekonomi 4,5% sampai 5,5%, saya rasa sektor kesehatan dapat tumbuh 1,5 kali sampai dua kalinya. Kalau dikalikan, kira-kira 7% sampai 11%. Itu untuk high level-nya, kami cukup optimistis ke arah sana.
Menyambung soal digital, sudah pasti kami akan lebih agresif tahun depan. Dalam arti ekspansi, meningkatkan aktivitas. Kami mengharapkan semakin banyak user bisa kami dapat melalui berbagai kolaborasi, ekosistem, jaringan, komunitas, dan lainnya.
Kalau dari catatan pengumuman Bursa Efek Indonesia, ada beberapa aksi korporasi terkait digital. Bisa dijelaskan detailnya?
Benar sekali. Kami melakukan investasi di area digital. Kami membaginya menjadi dua kategori, yaitu b2b (business-to-business) dan b2c (business-to-customer).
Untuk b2c kami pakai aplikasi klikdokter. Untuk b2b dengan EMOS (Electronic Mobile Order System), dan MOSTRANS. Jadi kami konsolidasikan dalam bentuk aksi korporasi. Tujuannya untuk memudahkan ekspansi ke depan.
Kedua kategori itu akan saling melengkapi?
Sekarang masih terpisah. Nantinya akan bersatu. Kami menyebutnya total kesehatan. Ini sesuai dengan cita-cita kami memberi akses seluas-luasnya di bidang kesehatan kepada masyarakat.
Rantai pasok sektor ini panjang sekali. Dari mulai bahan baku, riset, impor, prediksi, pemasaran, distribusi, logistik sampai ke daerah. Lewat digitalisasi, kami bisa menyambungkan b2b dan b2c sehingga masyarakat terlayani di mana pun, melalui channel mana pun.
Berapa besar investasinya untuk mencapai tujuan tersebut?
Tahun ini lebih Rp 150 miliar sudah diinvestasikan dalam bentuk saham, pemasaran, teknologi, dan platform. Tahun depan sudah pasti akan muncul bujet baru untuk ekspansi ke arah ekosistem yang lebih luas lagi. Kami sudah siapkan miniman bujetnya sekitar Rp 200 miliar sampai Rp 300 miliar untuk dunia digital.
Untuk penyertaan modal atau infrastruktur?
Lebih ke infrastruktur. Kenapa? Karena pasti membangun ekosistem ini bekerja sama dengan pihak lain. Ini butuh investasi.
Kami siapkan termasuk juga sumber daya manusianya. Kami tidak lagi berinvestasi di orang yang seperti saya, dari zaman kuno. Mungkin nanti orang-orangnya baru dengan pemikiran digital, pola pikir dan cara kerjanya akan berbeda.
Bagaimana dengan pengembangan bisnis hulu Kalbe Farma?
Kami tahu, bahkan sebelum pandemi, ketergantungan terhadap bahan impor tinggi sekali. Ini masalah sudah lama sekali. Jadi, pekerjaan rumahnya harus diselesaikan di masa depan.
Pemerintah telah mendukung upaya perusahaan farmasi berinvestasi di sisi hulunya. Kami mulai membuat bahan baku obat. Pada 2018 pabrik kami rampung dan diresmikan Presiden Joko Widodo. Tahun ini mulai komersial.
Jadi bayangkan proyek itu tonggak pertamanya pada 2015, diresmikan 2018, komersial 2021. Butuh waktu enam tahun. Kalau kita tidak punya visi jangka panjang memang sulit menyelesaikan masalah kemandirian kesehatan.
Kami mulai melakukan percepatan dengan menyiapkan calon bahan baku obat untuk tiga sampai lima tahun ke depan. Dengan begitu, dalam lima tahun ke depan, tidak hanya satu item, kami punya 10 sampai 12 item untuk produksi bahan baku obat di Indonesia berbasis bioteknologi.
Untuk obat apa saja?
Yang kami hasilkan sekarang adalah bahan baku obat untuk penderita anemia. Pasien yang kekurangan sel darah merah atau biasa melakukan cuci darah.
Kalau yang 10 sampai 12 item?
Bermacam-macam. Mudah-mudahan kami bisa mengeluarkan satu lagi untuk insulin. Tahun depan seharusnya sudah siap dipasarkan. Lalu ada beberapa calon obat kanker. Kami cukup fokus di layanan kesehatan penderita kanker.
Dengan adanya bahan baku ini, obat menjadi lebih murah?
Dalam jangka panjang pasti lebih murah. Tapi tahap awal, mau-tak mau skala ekonominya masih kecil sehingga harganya dapat lebih mahal.
Kembali lagi, kalau kita tidak memulai ini, tidak akan mencapai (kemandirian kesehatan). Jadi, saya rasa tidak masalah. Kami akan melakukan cross subsidi dari produk lain. Yang penting konsumen tidak merasa mahal.
Bagaimana rencana Kalbe Farma mengadakan vaksin dan obat terapi Covid-19?
Pengembangan dari platform kami yang bioteknologi turunannya adalah obat kanker, sel darah merah, atau obat untuk Covid-19, termasuk vaksin. Semuanya masih dalam poses uji klinis. Ini membutuhkan waktu cukup panjang.
Harapannya tahun depan bisa selesai, baik vaksin maupun obat. Sekarang masih dalam uji klinis. Semuanya dilakukan sebagai inovasi dan riset Kalbe Farma bersama dengan partner kami dari Korea Selatan, yaitu Genexine.
Untuk obat Covid-19 nantinya akan mengobati gejala?
Kami sedang melakukan uji klini obat itu. Namanya interleukin 7 atau IL7. Ini obat terapi untuk pasien dengan gejala ringan. Cara kerjanya untuk anti-infeksi yang disebabkan virus Covid-19.
Akan diproduksi lokal?
Belum. Kalau ini tahap awalnya harus impor dulu. Tahap kedua adalah fill and finish atau impor bahan baku dalam bentuk bulk. Tahap ketiga baru produksi lokal. Kami bekerja sama dengan Genexine juga.
Untuk belanja modal 2022 berapa besarnya?
Kami setiap tahun selalu sama. Kami menganggarkan belanja modal kurang lebih Rp 1 triiliun selama empat sampai lima tahun terakhir. Yang sudah pasti akan digunakan adalah untuk investasi digital. Kami juga akan membangun pabrik lagi untuk obat kanker di Cikarang, Jawa Barat.
Kalbe Farma juga akan melakukan ekspansi untuk kapasitas produksi di beberapa lokasi. Termasuk juga persiapan produk baru. Jadi sekitar plus-minus Rp 1 triliun kami siapkan untuk 2022.
Di 2021, dengan modal Rp 1 triliun sudah terpakai semuanya?
Kelihatannya tidak habis ya. Tapi pada dasarnya semua on track. Ada beberapa yang kami reschedule. Saya rasa ini tidak berpengaruh signifikan tapi objektif untuk investasi sudah kami lakukan.
Pada kuartal ketiga lalu, pendapatan dan laba Kalbe Farma naik dua digit. Untuk tahun depan perkiraannya seperti apa?
Kami targetnya ingin seperti itu terus. Mudah-mudahan tahun depan tidak turun ke single digit. Target kami dua digit, baik topline maupun bottomline.
Anak usaha Kalbe Farma, yaitu PT Sanghiang Perkasa, berencana melakukan penawaran saham perdana ke publik atau IPO. Seperti apa progresnya?
Belum kami putuskan. Kalbe Farma sudah menjadi perusahaan terbuka sehingga untuk melakukan langka serupa ke anak usaha tidak harus terburu-buru. Kami masih wait and see apa yang akan terjadi tahun depan.
Karena dari sisi pendanaan masih cukup kuat?
Benar. Kalau dari sisi neraca keuangan Kalbe Farma, kami masih dalam posisi nett cash. Dananya kami akan kami pakai untuk belanja modal, sebagian untuk kebutuhan bisnis. Kami juga rutin membagi dividen kira-kira 50% dari laba.
Mengapa Sanghiang Perkasa yang dipilih di antara anak dan cucu usaha Kalbe Farma?
Banyak sebenarnya yang berpotensi IPO. Tapi kami mempertimbangkan kalau size-nya terlalu kecil, tidak menarik investor. Nah, Sanghiang ini size-nya lumayan baik.
Anak usaha yang dapat IPO itu sebenarnya banyak. Satu yang besar dan mungkin dapat kami pertimbangkan itu divisi bioteknologi. IPO-nya bisa di luar negeri.
Divisi ini berpotensi sekali karena akan membuka cakrawala Indonesia bermain di pasar bioteknologi. Minimal bisa mencatatkan sahamnya di Shanghai, Hong Kong, Singapura, atau bahkan Nasdaq (Amerika Serikat).
Kapan rencananya?
Kalau kami di-interview lagi dalam satu sampai dua tahun ke depan, mungkin jawabannya akan lebih konkrit.
Bagaimana dengan rencana akuisisi?
Kami memang aktif mencari ya. Akuisisi bisa bermacam-macam, misalnya obat resep, obat bebas, herbal, atau suplemen, sampai yang berhubungan dengan bisnis digital kami.
Ini menjadi aktivitas yang terus aktif di manajemen. Tapi kami tidak bisa membuat forecast soal kapan dan berapanya. Kami harapkan, tahun depan bisa dapat satu atau dua. Kami yakin akuisisi dapat mempercepat pertumbuhan bisnis Kalbe Farma.
Sudah ada yang diincar?
Pasti ada. Tapi semuanya dalam Ikatan non-disclosure agreement (NDA). Jadi kami tidak boleh mengatakan detailnya.