Kasus terinveksi Covid-19 sudah menurun meskipun pandemi belum bisa dikatakan berakhir. Namun harus diakui kondisi pandemi Covid-19 tidak lagi menakutkan dibanding pertengahan 2021 ketika varian delta menulari lebih dari 50 ribu penduduk, dibarengi dengan fatality rate yang tinggi.
Saat ini kondisi kewaspadaan dan penjagaan pandemi semakin melonggar di mana-mana, walaupun peringatan terhadap protokol kesehatan tetap disuarakan secara publik.
Salah satu dampak yang terlihat dari relaksasi kondisi pandemi ini antara lain semakin bertambahnya jumlah orang berpergian, salah satunya melalui moda pesawat.
Laporan Official Airline Guide (OAG) yang dikutip Katadata menunjukkan, terdapat 30,24 juta kursi penumpang pesawat yang terisi di Asia Tenggara selama September 2022.
Indonesia memiliki jumlah kursi penumpang pesawat terbanyak di wilayah ini. Jumlahnya mencapai 9,58 juta kursi penumpang atau setara 31,67 persen dari total kursi penumpang pesawat di Asia Tenggara.
Meskipun tertinggi, jumlah kursi penumpang pesawat di Indonesia yang terisi masih terkontraksi 24 persen jika dibandingkan September 2019 alias sebelum pandemi Covid-19.
Kondisi pemulihan ini tentunya memicu kembali berbagai instansi untuk segera memasang target-target baru, yang diyakini akan berjalan seiring dengan semakin pulihnya keadaan ke depannya.
Bandara Internasional Kualanamu di Sumatra Utara merupakan salah satu entitas yang tergerak untuk mempertegas ambisinya guna menjadi international hub atau bandara pengumpul dan pintu masuk ke Indonesia yang diperhitungkan.
Untuk mengetahui tantangan ke depan bagi Bandara Kualanamu, maka PT Angkasa Pura Aviasi selaku operator bandara, bekerja sama dengan Katadata menggelar seminar nasional bertajuk ”National Seminar on Kualanamu as an International Hub in ASEAN: Challenges and Realization” yang diadakan secara hybrid di Medan pada 20 September 2022. Seminar ini juga disponsori oleh Air Asia, penerbangan berbiaya hemat yang paling laris di Asia.
Kualanamu merasa perlu kembali memperhitungkan kansnya sebagai international hub karena pada 2019, Bandara Internasional ini tercatat sebagai salah satu dari empat bandara terbesar di Indonesia. Sekitar 17 juta dari 19,1 juta penumpang penerbangan internasional melakukan perjalanan melalui bandara ini.
Ini membuktikan potensi besar Kualanamu untuk dapat menjadi international hub dan bukan sekedar catatan di atas kertas.
Untuk membuktikan keseriusannya dalam meningkatkan kemampuan dan kapabilitas, maka sejak Juli 2022 lalu, Bandara Internasional Kualanamu telah resmi dikelola oleh PT Angkasa Pura Aviasi (APA), yang pada saat ini lebih dikenal dengan AVI.
AVI merupakan perusahaan hasil joint venture antara PT Angkasa Pura II dengan mitra strategisnya, GMR Airport Consortium.
Presiden Direktur Angkasa Pura Aviasi Ahmad Rivai memastikan bahwa saat ini, Angkasa Pura telah bermitra dengan kekuatan besar yang telah mempunyai rekam jejak solid dalam pengelolaan bandara.
Ahmad juga menyatakan saat ini GMR, yang sebagian sahamnya dimiliki oleh Aeroports de Paris Group, merupakan operator bandara dengan jumlah penumpang terbanyak di dunia, 527 juta penumpang per tahun.
GMR memiliki 49 persen saham Angkasa Pura Aviasi, sedangkan PT Angkasa Pura II memiliki 51 persen saham.
Hingga saat ini GMR tengah mengelola 41 bandara di seluruh dunia, termasuk di antaranya Bandara Cebu (Filipina), Bandara Internasional Delhi dan Bandara Internasional Kastelli di Heraklion, Yunani.
Nantinya, Rp 15 triliun akan digelontorkan melalui AVI untuk memperbaiki berbagai macam aspek pada Bandara Internasional Kualanamu selama masa kontrak 25 tahun ke depan.
Kepala Dinas Perhubungan Sumatera Utara Suprianto, yang mewakili Gubernur Edy Rahmayadi, mengapresiasi rencana pengembangan Bandara Internasional Kualanamu tersebut.
Ia menyadari bahwa pengembangan Bandara Internasional Kualanamu merupakan suatu keniscayaan. Hal ini guna menjawab tuntutan dari pertumbuhan kebutuhan pengguna jasa transportasi udara yang meningkat begitu cepat.
Supriyanto mengingatkan berdirinya Kualanamu juga merupakan bagian dari ikhtiar pemerintah daerah guna menggantikan fungsi Bandara Polonia yang telah melebihi kapasitas.
Pemda berharap kemitraan strategis ini dapat meningkatkan kualitas pengelolaan Bandara Internasional Kualanamu menjadi lebih profesional.
“Selain itu juga meningkatkan pelayanan agar pengguna merasakan kenyamanan, keamanan, dan pengalaman yang menyenangkan,” ujarnya.
Ahmad Rivai menjelaskan rencana besar pengembangan Bandara Internasional Kualanmu ke depannya. Pada periode 2023-2024, diperkirakan akan terjadi penambahan penumpang sekitar 15 juta.
Nantinya AVI juga akan membangun fasilitas-fasilitas, meningkatkan fasilitas dan utilitas yang cenderung turun pada saat pandemi.
Pembenahan akan dilakukan terhadap baggage handling system, peningkatan tingkat kebersihan toilet dan berbagai sektor lainnya. Diharapkan berbagai pembenahan ini akan mampu menarik hingga 20 juta penumpang.
“Ketika sudah menyentuh 30 juta penumpang, kita akan membangun runway kedua,” ujar Ahmad.
Ia melanjutkan bahwa pembangunan landasan kedua itu diharapkan akan dibangun sekitar 2032.
Selain membenahi kualitas fisik dan operasional bandara, AVI juga memikirkan traffic development strategy, untuk membangun trafik di Bandar Udara Kualanamu.
Ahmad menambahkan bahwa posisi Kualanamu yang dekat dengan India, Pakistan, dan Bangladesh dapat dijadikan hub dari berbagai bandara ketiga negara tersebut, sehingga penumpang bisa memilih singgah ke Kualanamu sebelum melanjutkan ke berbagai daerah lainnya.
Ahmad mengakui saat ini rasio penumpang internasional masih di bawah kisaran 10 persen. Tahun depan, katanya, diharapkan terjadi peningkatan menjadi 82 persen penumpang domestik berbanding 18 persen penumpang rute internasional.
Hanya saja, menurut Ahmad, Bandara Kualanamu membutuhkan dukungan dari pemerintah pusat berupa regulasi yang mendukung posisinya sebagai international hub nantinya.
Ahmad lantas menyoal Bandara Internasional Changi di Singapura yang mampu menyediakan penerbangan langsung ke beberapa destinasi di Sumatra, seperti kota Padang dan Pekanbaru di Riau. Hal tersebut sebagai salah satu ganjalan yang mampu mengurangi minat penumpang untuk melirik Kualanamu.
“Sekiranya kami mendapat dukungan sebagai international hub satu-satunya Sumatra, misalnya, dari regulator, akan lebih menguntungkan,” ujar Ahmad.
Balqis Kusumawati, Koordinator Infrastruktur Konektivitas Antar Moda pada Kementerian Koordinasi Bidang Kemaritiman dan Investasi (Kemenko Marves), mengakui bahwa persaingan dengan Changi sulit untuk dihindarkan.
Oleh karena itu, ia menyarankan Bandara Kualanamu mengoptimalkan pelayanan dan pengenaan tarif sebagai jawaban atas kesiapannya bersaing.
Selebihnya, Balqis menambahkan bahwa Kemenko Marives menyambut baik upaya yang tengah dilakukan oleh operator Bandara Internasional Kualanamu.
Hal ini, kata dia, sejalan dengan upaya kementeriannya untuk menindaklanjuti amanat Presiden Joko Widodo untuk menata ulang berbagai macam fungsi bandara di seluruh Nusantara.
Balqis menyebutkan dari 34 bandara, baru dua bandara yaitu, Bandara Internasional Soekarno-Hatta di Jakarta dan Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai di Bali telah memenuhi fungsi international hub bagi penumpang maupun kargo.
“Sebanyak 88 persen sudah diakomodir oleh kedua bandara tersebut,” ujar Balqis.
Ia lantas melanjutkan dalam melakukan pertimbangannya, Kemenko Marves melandaskan pada kebijakan ASEAN Open Sky, yang didalamnya berisi sejumlah kriteria, seperti kategori inbound penumpang, trafik penumpang internasional untuk kepentingan komersial, jumlah kargo dan panjang landasan alias runway.
Pemerintah juga mempertimbangkan unsur pemerataan pembangunan antara Indonesia bagian timur dan barat, sebagai salah satu alasan kuat penataan.
Akan tetapi, di atas berbagai ketentuan tadi, lanjut Balqis, kesiapan masing-masing bandara akan memainkan peran penting guna menentukan apakah peran sebagai international hub akan disandingkan kepadanya nanti.
Ia menilai bahwa Bandara Internasional Kualanamu sudah cukup memenuhi berbagai ketentuan yang dipersyaratkan. Kualanamu sudah memenuhi syarat ASEAN Open Sky dan selama ini juga telah menjadi hub bagi berbagai destinasi pariwisata di wilayah Sumatra Utara.
“Saat ini, yang perlu diantisipasi juga kesiapan airline dalam menanggapi rencana untuk menjadikan Kualanamu sebagai international hub ini. Bagaimana nantinya para airlines ini bisa menyiapkan diri,” ujar Balqis.
Veranita Yosephina Sinaga, CEO Air Asia Indonesia menyambut baik berbagai rencana pengembangan Bandara Kualanamu, termasuk ambisinya untuk menjadi International Hub.
Ia melanjutkan bahwa sebagai pelaku bisnis penerbangan yang melayani baik rute domestik maupun internasional, Air Asia bahkan mengalami kenaikan jumlah penumpang sebanyak tiga kali lipat dari masa sebelum pandemi untuk rute-rute domestik.
“Kami sungguh menunggu realisasi berbagai rencana pengembangan Kualanamu dan tentunya siap berkontribusi lebih jauh,” ujar Veranita saat sesi tanya jawab berlangsung.
Kepala Direktorat Transportasi Udara pada Kementerian Perhubungan, Ade Kusmana, yang juga menjadi salah satu pembicara, menyatakan bahwa Kementerian Perhubungan masih terus mengkaji dan mempelajari rencana besar penataan bandara ini.
Terkait dengan ambisi Kualanamu untuk menjadi international hub, Ade mengakui bahwa langkah yang diambil oleh Bandara Internasional Kualanamu sudah berjalan di jalan yang benar.
“Banyak potensi yang bisa dikembangkan sehingga dapat menjadi hub,” ujarnya.
Hengky Hotma Parlindungan Manurung, Deputi Bidang Industri dan Investasi pada Kementerian Pariwisata dan Industri Kreatif menyatakan kementeriannya sangat mendukung upaya tersebut.
Sebab di wilayah Sumatra Utara terdapat Danau Toba, salah satu destinasi wisata super prioritas yang sudah ditetapkan pemerintah.
“Kami mendukung upaya untuk memperbesar aksesibilitas guna mendukung pemulihan kunjungan ke Danau Toba,” ujar Hengky.