Industri Gas Perkuat SDM dan Regulasi Keselamatan lewat AGII Technical Seminar
Asosiasi Gas Industri Indonesia (AGII) menyelenggarakan AGII Technical Seminar 2025 sebagai forum strategis tahunan yang mempertemukan regulator, pelaku usaha, akademisi, hingga praktisi teknis sektor gas industri. Acara ini diikuti sekitar 150 peserta dan berlangsung di Novotel Jakarta Cikini dengan tema “Strengthening Indonesia’s Industrial Gases Ecosystem for a Low-Carbon Future”, Jumat (28/11).
Ketua Umum AGII, Rachmat Harsono, menegaskan bahwa peningkatan kompetensi dan budaya keselamatan menjadi prioritas utama asosiasi.
“Keselamatan kerja bukan sekadar persoalan teknologi atau peralatan, tetapi dimulai dari kompetensi manusia yang mengoperasikannya. Karena itu AGII berkomitmen memperkuat standar kompetensi nasional dan memastikan seluruh insan gas industri memiliki keterampilan yang terukur dan setara dengan standar internasional.”
AGII saat ini menggagas penyusunan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) sektor gas industri bersama Kementerian Perindustrian dan Kementerian Ketenagakerjaan sebagai landasan kompetensi operator dan tenaga teknis. AGII juga meluncurkan Buletin AGII dan AGII News sebagai kanal informasi teknis dan kebijakan industri gas nasional.
Kolaborasi PII untuk Sertifikasi SDM
Seminar ini menjadi momentum penandatanganan Nota Kesepahaman (MoU) antara AGII dan Persatuan Insinyur Indonesia (PII) untuk memperkuat sertifikasi profesi, peningkatan kompetensi teknis, dan standardisasi metode teknik yang sesuai kebutuhan modern industri gas.
Sekretaris Direktorat Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil Kementerian Perindustrian, Sri Bimo Pratomo, hadir membuka acara dan menyampaikan dukungan penuh pemerintah terhadap pengembangan sektor ini sejalan dengan arah transisi energi nasional.
“Sektor gas industri memegang peranan penting baik sebagai penopang proses produksi maupun bagian dari rantai nilai keberlanjutan energi dan lingkungan. Melalui seminar ini, besar harapan kami agar pemerintah, asosiasi, dan pelaku industri dapat memperkuat kolaborasi menuju masa depan rendah karbon.”
Dari sisi profesi insinyur, Sekretaris Jenderal PII, Teguh Haryono, menilai kerja sama tersebut sebagai langkah strategis memperkuat kapasitas tenaga ahli.
“Kolaborasi dengan AGII ini menjadi momentum penting untuk memperkuat ekosistem profesi teknik di Indonesia. Kami percaya bahwa standardisasi dan pengembangan kapasitas tak mampu berjalan sendiri melainkan perlu kemitraan strategis dengan industri agar kompetensi para insinyur benar-benar selaras dengan kebutuhan lapangan," ungkapnya.
Teguh juga menegaskan bahwa inisiatif ini akan membawa dampak jangka panjang bagi keberlanjutan industri.
“Kami mengapresiasi inisiatif AGII dalam memprioritaskan peningkatan kualitas SDM. Melalui MoU ini, kami optimis bahwa insinyur Indonesia dapat berkontribusi lebih besar dalam memastikan praktik industri yang aman, inovatif, dan kompetitif," imbuh Teguh.
Prioritas: Hidrogen, Safety Compliance, dan Roadmap Gas Industri
AGII juga menyoroti urgensi harmonisasi standar keselamatan seiring meningkatnya kompleksitas industri, termasuk penegakan hydrostatic test, pendataan nasional bejana tekan sesuai Permenaker 37/2016, dan keselarasan standar Asia Industrial Gases Association (AIGA) serta European Industrial Gases Association (EIGA).
“Industri gas memegang peran penting yang sering kali tidak terlihat, namun dampaknya sangat besar bagi kehidupan masyarakat dan sektor strategis. Untuk itu AGII mendorong budaya keselamatan yang tidak dapat ditawar, didukung oleh regulasi kuat dan pelatihan berkelanjutan agar seluruh proses industri berjalan aman dan profesional,” ujar Rachmat.
Menjawab dinamika transisi energi, AGII menegaskan bahwa hidrogen membutuhkan standardisasi keselamatan yang berbeda dibandingkan gas alam. Untuk itu asosiasi mendorong tiga pilar utama:
- Penyusunan SKKNI Gas Industri
- Pembentukan LSP Gas Industri
- Penegakan nasional hydrostatic test
AGII juga sedang merampungkan Roadmap Gas Industri Indonesia untuk oksigen, nitrogen, hidrogen, CO₂, dan gas strategis lainnya.
“Tantangan kita hari ini semakin kompleks, mulai dari risiko keselamatan hingga tuntutan transisi energi. Karena itu kolaborasi menjadi kunci. Tidak ada satu pihak pun yang mampu membangun ekosistem gas industri sendirian, kita harus bergerak bersama dengan standar, kompetensi, dan tata kelola yang selaras," pungkasnya.