Ekonomi hijau menjadi solusi peningkatan kesejahteraan masyarakat Tanah Papua tanpa harus merusak hutan dan alam. The Asia Foundation (TAF) melakukan sejumlah terobosan untuk mendukung pengembangan ekonomi jenis ini.
Pertama, mendorong kolaborasi rantai usaha dari hulu sampai hilir. Kedua, menginisasi Badan Usaha Milik Kampung (BUMK) dan pengelolaan komoditas yang disalurkan melalui e-marketplace. Ketiga, pendampingan dan pengembangan komoditas lokal. Dan keempat, melakukan penguatan masyarakat adat dan lingkungan melalui skema transfer fiskal berbasis ekologi (Ecological Fiscal Transfers/EFT).
Dalam prosesnya, beragam terobosan tersebut berhasil mengembangkan komoditas unggulan tanpa menyebabkan alih fungsi hutan maupun deforestasi. Berbagai komoditas tersebut meliputi kakao, vanili, serai wangi, pala, gaharu, dan keladi.
Sepanjang 2018 sampai 2021, TAF yang bekerja sama dengan berbagai stakeholder telah mencatatkan berbagai capaian. Seperti nilai transaksi ekonomi komoditas kakao yang mencapai lebih dari 3,6 miliar rupiah. Lalu omzet produksi minyak serai wangi sebesar Rp 20 juta per 6-12 liter. Serta berhasil mengekspor vanili ke Amerika Serikat melalui Koperasi Nimboran Kencana, National Cooperation Bussiness Association dan PT. Agri Spice Indonesia.
Meski demikian, masih ada pekerjaan rumah yang perlu diselesaikan agar pengembangan ekonomi hijau di Tanah Papua menjadi maksimal. Antara lain, akses hukum masyarakat adat terhadap hutan melalui program Perhutanan Sosial yang perlu diperkuat. Kemudian hak masyarakat adat untuk mendapat informasi yang perlu didukung. Serta perluasan sosialisasi ekonomi hijau melalui forum multi-stakeholder.