Undang Pengusaha Qatar, Kadin Incar Proyek Piala Dunia 2022
Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia mengadakan Indonesia-Qatar Business Forum. Acara ini menjadi bagian dari agenda kunjungan Emir Qatar Sheikh Tamim bin Hamad Al Thani ke Indonesia. Fokus utama Kadin adalah keikutsertaan pengusaha Indonesia dalam proyek Piala Dunia 2022 yang akan diselenggarakan di Qatar.
Presiden Indonesia-Qatar Business Council Hendra Hartono mengungkapkan proyek Piala Dunia adalah proyek jangka panjang. "Sekarang kami fokus ke Piala Dunia. Karena ada pekerjaan sebelum, saat, dan sesudah Piala Dunia," kata Hendra kepada wartawan usai forum tersebut di Jakarta, Rabu (18/10).
Menurutnya, pertemuan para pengusaha kedua negara bakal membuka potensi Indonesia memasok barang dan jasa yang dibutuhkan oleh Qatar dalam Piala Dunia. Presentasi yang dilakukan para pengusaha Kadin juga akan menggali kemungkinan yang lebih besar.
Hendra mengaku bisnisnya bakal didorong secara business to business. Untuk menindaklanjutinya, Kadin juga berencana untuk mengunjungi Qatar pada Desember untuk pembahasan secara lebih detail dari potensi bisnis yang bakal terealisasi. Salah satu potensi yang Kadin ingin tingkatkan adalah ekspor material bangunan, seperti semen dan produk turunannya.
Wakil Ketua Komite Tetap Timur Tengah dan Negara Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) Kadin IndonesiaMohamad Bawazeer menjelaskan peran Indonesia belum mampu menjadi kontraktor utama dalam proyek Piala Dunia. Namun, perusahaan bisa menjadi salah satu subkontraktor.
"Meski CEO untuk Piala Dunia 2022 tidak sempat hadir, kami sudah ada pembicaraan untuk ikut menjadi konsorsium (kontraktor)," ujarnya. (Baca: Emir Qatar Tawarkan Kerja Sama Infrastruktur kepada Jokowi)
Dia ingin proyek Piala Dunia menjadi salah satu peluang baru bagi pengusaha Indonesia membuka perdagangan dengan Qatar. Dia menyebut volume perdagangan Indonesia dengan Qatar masih kalah dari Malaysia dan Singapura.
Sementara, Peneliti Insitute for Development of Economics and Finance (INDEF) Bhima Yudhistira mengakui keunggulan Indonesia sebagai eksportir peralatan olahraga, seperti baju olahraga dan bola. "Tinggal kita nanti saingan dengan Tiongkok dan Vietnam. Karena mereka menawarkan harga yang kompetitif," kata Bhima.
Misi bisnis pengusaha Indonesia dengan Qatar ini perlu dukungan pemerintah. Pengusaha Indonesia dan Qatar memang telah melakukan penandatanganan Nota Kesepahaman (Memorandum of Understanding/MoU) pengembangan bisnis. Namun, kata Bhima, perlu juga ada kesepakatan antara kedua pemerintah.
Indonesia bisa menggunakan kedekatan nilai sejarah dan budaya sebagai sesama negara Islam dan penduduk Muslim terbesar di dunia. "Perlu kerja sama Government to Government, walau tidak langsung FTA (kesepakatatan perdagangan bebas) karena cukup panjang bisa 3 hingga 5 tahun," ujarnya.
Menurut catatan Kementerian Perdagangan, neraca perdagangan Indonesia dengan Qatar pada 2016 mencapai US$ 915 juta atau setara Rp 12,17 triliun dengan kurs Rp 13.300 per dolar Amerika Serikat. Angka tersebut naik 10,46% dibanding 2015 yaitu US$ 828,34 juta. Adapun, nilai impor Indonesia dari Qatar mencapai US$ 857,45 juta sedangkan ekspor hanya US$ 57,55 juta.
Kondisi Qatar yang tengah diblokade oleh negara-negara Timur Tengah, membuka peluang Indonesia memasok produk-produk yang dibutuhkan negara tersebut. Dia menyebutkan diantaranya bahan pangan. Selain itu, komoditas lain yang bisa ditingkatkan adalah klasifikasi gaya hidup, seperti baju mewah, perhiasan, dan kopi.
Di pihak pemerintah, Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita menyatakan Indonesia fokus untuk menumbuhkan pangsa pasar nontradisional, termasuk Timur Tengah. "Hubungan perdagangan Indonesia dengan Qatar masih punya ruang untuk ditingkatkan, saya berharap forum bisnis ini memberikan posibilitas untuk bisnis yang lebih jauh," kata Enggar saat membuka Indonesia-Qatar Business Forum, pagi tadi.