Bidik Investor Masuk di Semester 1, Muamalat Klaim Banyak Calon
PT Bank Muamalat Tbk. masih menanti investor baru untuk memperkuat modal perusahaan. Targetnya, investor baru masuk pada semester 1 tahun ini, melalui rights issue atau penerbitan saham baru yang diselenggarakan Bank Muamalat.
Direktur Utama Bank Muamalat Achmad Kusna Permana mengklaim banyak investor yang potensial masuk, baik lokal maupun asing. “Investor banyak dari Malaysia, Timur Tengah, lokal. Alhamdulilah banyak,” kata dia di Muamalat Tower, Rabu (28/2). (Baca juga: Menanti Peminang Sejati Bank Muamalat)
Namun, proses penjajakan ke calon investor membutuhkan waktu, sebab kesepakatan penjualan ke calon investor sebelumnya yakni PT Minna Padi Investama Sekuritas Tbk. baru saja batal. “Baru dua minggu lalu Minna Padi menyatakan batal untuk itu,” ucapnya. Pembatalan diklaim karena persoalan administratif.
Sebelumnya, Minna Padi direncanakan masuk bersama investor lainnya dalam konsorsium. Adapun, ke depan, Permana menyatakan investor bisa saja masuk secara langsung tanpa melalui konsorsium. (Baca juga: Minna Padi Batal Beli Bank Muamalat)
Dari dalam negeri, pemilik PT Paytren Asset Management (PAM) Yusuf Mansur sempat melontarkan minatnya membeli saham Bank Muamalat. Namun, ditemui saat menyambangi kantor Muamalat terkait aksi “Buka Bareng Tabungan Baru di Bank Muamalat”, ia enggan membicarakan lagi minatnya tersebut.
“Tidak semua setiap langkah minat itu disampaikan. Kalau nanti sudah pasti baru bisa saya sampaikan,” kata dia.
Adapun Permana belum bisa memperkirakan harga jual saham Bank Muamalat setelah batal dibeli Minna Padi. Sebelumnya, harga yang disepakati dengan Minna Padi yaitu Rp 4,5 triliun untuk 51% saham.
“Pada saatnya nanti fixed yang akan masuk kami akan sampaikan berapa sebenarnya kami setuju. Karena angka itu bisa bergerak, bisa naik bisa turun,” kata Permana.
Meski belum ada investor baru yang memperkuat permodalan Bank Mualamat, Ketua Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Wimboh Santoso menyatakan bank dalam kondisi baik. “Bank ini bagus, DPK (Dana Pihak Ketiga) bagus, murah, malah yang mau beli banyak,” kata dia.
Namun, ia tak menampik ada persoalan pembiayaan seret yang perlu diselesaikan bank. Maka itu, bank perlu memperkuat permodalan. “Ada-lah radang-radang. Tapi masih bagus. Jadi masalah likuiditas tidak masalah. Kalau NPF-nya di atas threshold (ambang batas) otomatis dia kan perlu kami minta setor modal,” kata dia.
Mengacu pada laporan publikasi bank per September 2017, rasio pembiayaan seret atau non-performing fund (NPF) gross Bank Muamalat berada di posisi 4,54%, naik dari September 2016 yang sebesar 4,43%. Sedangkan NPF netto Bank Muamalat berada di level 3,07% atau di atas ambang batas yang ditetapkan otoritas yaitu 3%.
Sementara itu, rasio kecukupan modal atau capital adequacy ratio (CAR) Bank Muamalat berada di level 11,58%, turun dibandingkan September 2016 yang sebesar 12,75%. Adapun pemegang saham Bank Muamalat disebut-sebut memiliki keterbatasan untuk melakukan penyertaan modal.