Holding Asuransi Tanpa Jiwasraya, Bahana Dipilih Jadi Induk
Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) memastikan Bahana Pembinaan Usaha Indonesia menjadi induk usaha (holding) BUMN sektor asuransi. Holding asuransi ini tidak melibatkan Asuransi Jiwasraya dan diperkirakan akan terealisasi tahun ini.
Wakil Menteri BUMN Kartika Wirjoatmodjo mengatakan, Bahana akan membawahi Perum Jaminan Kredit Indonesia (Jamkrindo), Asuransi Kredit Indonesia (Askrindo), Asuransi Jasa Indonesia (Jasindo), dan Jasa Raharja.
"Segera (terbentuk), sekarang prosesnya pembuatan Peraturan Pemerintah," kata Tiko, sapaan akrabnya, ketika ditemui di Jakarta, Kamis (16/1). Meski begitu, Tiko tidak menjelaskan lebih lanjut, ketiadaan Jiwasraya dalam holding ini.
(Baca: PPATK Diajak Telisik Dana Mencurigakan pada Kasus Korupsi Jiwasraya)
Terkait Jiwasraya, ia hanya mengatakan bahwa sudah ada investor yang ingin menjadi pemilik baru dari anak usaha Jiwasaraya yaitu, Jiwasraya Putra. Penjualan anak usaha ini untuk menopang likuiditas Jiwasraya. "Ada tiga investor dari asing dan satu dari lokal," kata dia.
Tiko berjanji akan bicara tentang penyelesaian masalah likuiditas Jiwasraya pada pekan depan. Ini menyusul pembicaraan yang sedang berlangsung antara Kementerian BUMN dengan Kementerian Keuangan dan OJK.
Sebelumnya, Menteri BUMN Erick Thohir memastikan, pengembalian dana nasabah Jiwasraya akan dicicil mulai Februari 2020. Ini sejalan dengan rencana pembentukan holding BUMN Asuransi. Ia mengatakan, Presiden Joko Widodo (Jokowi) bakal menandatangani rancangan pembentukan holding BUMN Asuransi pada pertengahan Februari 2020.
(Baca: Menteri Erick Pastikan Dana Nasabah Jiwasraya Dicicil Mulai Februari)
Setelah pembentukan holding, akan ada aliran dana dari holding ke Jiwasraya sebesar Rp 1,5 triliun hingga Rp 2 triliun. “Dengan dana terkumpul itu akan dikembalikan bertahap (dana nasabah),” kata Erick di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Rabu (15/1).
Menurut Erick, holding BUMN Asuransi akan memiliki total aset Rp 8 triliun dalam empat tahun ke depan. Angka itu belum ditambah valuasi aset berupa saham yang mencapai Rp 2 triliun sampai Rp 3 triliun.
Adapun dana dari holding akan diperkuat dengan penjualan anak usaha Jiwasraya, yakni Jiwasraya Putra. Targetnya, investor masuk pada kuartal I 2020. “Jiwasraya Putra ini kami carikan partner strategic, angkanya Rp 1 triliun hingga Rp 3 triliun,” ujar Erick.