IDI Konfirmasi 18 Dokter Meninggal Terkait Pandemi Virus Corona
Pandemi virus corona Covid-19 yang melanda Indonesia terus merenggut nyawa tenaga medis. Ikatan Dokter Indonesia mengonfirmasikan ada 18 dokter yang meninggal dunia terkait penyakit tersebut.
Wakil Ketua Umum IDI dr Adib Khumaidi mengatakan beberapa dari dokter tersebut meninggal dengan status positif corona. Sisanya adalah pasien dalam pengawasan (PDP) Covid-19 yang sedang dilakukan penelusuran.
“Bisa dibilang PDP, tapi ada juga yang kami belum dapat data (tes) swab-nya,” kata Adib kepada Katadata.co.id, Jumat (3/4).
(Baca: Data Terbaru Kasus Positif Corona RI: 181 Kematian dan 134 Sembuh)
Sebelumnya beredar di media sosial nama-nama 17 dokter yang meninggal terkait penanganan virus corona. Selain itu ada pula tambahan dokter lain menghembuskan nafas yakni guru besar Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia yakni Prof. Dr. dr. Nasrin Kodim, MPH.
Dari akun Instagram IDI, beberapa dokter seperti dr Hadio Ali, dr Djoko Judodjoko, dr Laurentius Panggabean, dr Adi Mirsaputra, dr Ucok Martin, dan dr Toni Daniel Silitonga meninggal karena positif tertular corona.
Terbaru, Laksma (Purn) dr. Jeanne PMR Winaktu meninggal dunia terkait penyakit ini. Adib mengatakan dirinya tak hafal berapa koleganya yang telah dinyatakan positif Covid-19 lantaran ada hasil swab yang belum dikumpulkan.
“Yang di Prabumulih (dr Efrizal Syamsudin) itu (dipastikan) positif,” kata Adib.
IDI saat ini sedang menelusuri beberapa dokter yang meninggal apakah ketika menangani corona secara langsung atau faktor lain. Apalagi virus ini juga berbahaya bagi pasien yang memiliki penyakit pendahulu.
“Ini perlu didalami apakah (terinfeksi) secara langsung atau faktor lain,” katanya.
Adib juga mengatakan IDI saat ini sedang membuat aturan internal demi mencegah lebih banyak ahli kesehatan tumbang karena virus corona. Salah satunya meminta pasien penyakit lain tak perlu konsultasi langsung di rumah sakit jika kondisi kesehatan belum mendesak.
“Misalnya saya dokter bedah, saya minta pasien jangan ke poli dulu kalau belum emergency,” kata Adib.
Dia juga berharap dengan adanya aturan, maka tak banyak dokter spesialis lain yang terkena corona. Selain itu, pasokan alat pelindung diri dapat dialokasikan kepada tenaga kesehatan di garis depan. “Seperti dokter di puskesmas atau di UGD,” ujar dia.
Sedangkan Kepala Pelaksana Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Doni Monardo mengatakan hingga Kamis (2/4) ada 13 dokter yang meninggal dunia ketika menangani corona.
(Baca: Ibaratkan Perang, Kepala BNPB Minta Satu Komando Tangani Corona)