Kasus Corona Dunia Tembus 1,5 Juta, WHO Peringatkan Potensi Ledakan

Ameidyo Daud Nasution
9 April 2020, 14:44
Pengendara melintas di depan mural tentang pandemi virus corona atau COVID-19 di kawasan Jati Raya, Sidoarjo, Jawa Timur, Selasa (7/4/2020). Mural tersebut bertujuan untuk media edukasi kepada warga agar waspada potensi penyebaran virus corona atau COVID-
ANTARA FOTO/Umarul Faruq/foc.
Mural tentang pandemi virus corona atau COVID-19 di kawasan Jati Raya, Sidoarjo, Jawa Timur, Selasa (7/4/2020). Hingga Kamis (9/4), kasus corona dunia telah menembus 1,5 juta kasus.

Jumlah kasus positif virus corona Covid-19 dunia hingga hari Kamis (9/4) telah menembus 1,5 juta orang. Dari laman Worldometers.info, pada pukul 12.50 WIB jumlah kasus infeksi corona telah mencapai 1.5119.066 orang.

Ini berarti jumlah kasus penyakit ini meledak 500 ribu hanya dalam waktu tujuh hari saja. Sedangkan untuk menembus angka 1 juta, virus ini memerlukan waktu empat bulan dari tercatatnya kasus pertama di Tiongkok hingga tanggal 2 April 2020.

Ledakan kasus ini sebelumnya telah diperingatkan oleh badan kesehatan dunia (WHO) pekan lalu. Mereka beralasan hampir seluruh negara telah terpapar infeksi virus corona sehingga penambahan kasus positif akan semakin banyak.

“Dalam lima minggu terakhir, kami telah menyaksikan pertumbuhan eksponensial dalam jumlah kasus baru di hampir setiap negara,” kata Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Gebreyesus pekan lalu dikutip dari The Guardian, Kamis (9/4).

(Baca: Kasus Corona di AS Tembus 400 Ribu, Trump dan WHO Saling Balas Kritik)

Amerika Serikat menjadi penyumbang terbanyak angka infeksi Covid-19 dengan 435.160 kasus. Padahal pada tanggal 26 Maret lalu jumlah kasus positif corona AS maasih berada di bawah Tiongkok, yakni 68.647 kasus. Namun hanya dalam dua pekan angkanya meroket lebih dari 6 kali lipat.

Kontributor senior kanal sains di Forbes yakni Ethan Siegel pertengahan Maret lalu memperkirakan virus Covid-19 akan berkembang secara eksponensial jika memiliki sumber daya mumpuni. Potensi ledakan terjadi jika ada orang yang telah terinfeksi di antara populasi, adanya kontak teratur, serta ada adanya sejumlah besar inang potensial yang belum terinfeksi.

“Hanya dalam beberapa titik, pertumbuhannya akan melambat dan itu kunci memahami pandemi ini,” tulis Siegel dalam laman Forbes, 17 Maret lalu. 

Berdasarkan prasyarat tersebut, Siegel mengatakan menhindari pertemuan dalam jumlah besar dan menjaga jarak menjadi cara untuk mencegah penggandaan virus ini. Jika intervensi dilakukan otoritas seluruh negara, maka kurva kasus baru lambat laun akan mendatar.

“Ini yang tidak terjadi di Italia dan Iran,” ujar Siegel merujuk pada ledakan kasus di dua negara tersebut pada awal Maret.

Potensi Ledakan Kasus di Indonesia

Hingga saat ini, kasus positif corona di Indonesia masih sebanyak 2.956. Namun ledakan yang sama diprediksi juga akan terjadi di Indonesia, terutama jika tak ada langkah preventif pemerintah.

Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia memprediksi hampir 2,5 juta orang di Indonesia terjangkit virus corona pada hari  ke-77 penyebaran jika pemerintah tak melakukan intervensi secara serius.

Tim FKM UI menggunakan asumsi bahwa setiap satu kasus positif corona dapat menginfeksi setidaknya dua orang lainnya dengan penggandaan kasus selang empat hari.  Sedangkan Badan Intelijen Negara (BIN) meramal kasus positif corona mencapai puncak pada akhir Juli dengan jumlah kasus positif 106.287 orang.

 Inisiator KawalCOVID19.id Ainun Najib mengatakan fenomena meledaknya kasus ini dinamakan doubling period. Virus memerlukan waktu lama untuk menginfeksi 1 juta penduduk, jumlahnya diprediksi berlipat ganda dalam 9 hari saja usai menulari sejuta orang.

“Enggak percaya ? Kemarin tanggal 7 April sudah bertambah 430 ribu,” cuit akun Twitter @Ainunnajib hari Rabu (8/4) kemarin.

(Baca: Aturan Rinci PSBB Jakarta yang Berlaku Mulai 10 April 2020)

Penularan dan ledakan kasus ini jadi alasan pemerintah memberlakukan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) dalam menghadapi virus corona. Mereka beralasan jaga jarak fisik (physical distancing) yang selama ini dilakukan tidak efektif di tengah masyarakat.

“Kami masih mendapatkan ketidakefektifan pelaksanaan (pembatasan fisik) ini akibat disiplin yang masih belum kita bangun bersama-sama di tengah masyarakat,” kata juru bicara pemerintah untuk penanganan virus corona Covid-19 Achmad Yurianto di Gedung BNPB, Jakarta, Rabu (8/8).

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...