Ledakan Kasus Corona, Singapura Perpanjang Lockdown Hingga 1 Juni
Singapura memutuskan untuk memperpanjang lockdown parsial mereka hingga 1 Juni dari sebelumnya 4 Mei. Ini lantaran munculnya ledakan kasus virus corona Covid-19 di Negeri Singa beberapa hari belakangan.
Perdana Menteri Singapura Lee Hsien Loong mengatakan dirinya telah membicarakan perpanjangan lockdown ini dengan jajarannya. Dia berharap karantina parsial ini akan menurunkan angka penularan dan mencegah munculnya kluster Covid-19 baru.
“Karena itu kami akan memperpanjang 'pemutus sirkuit' selama empat minggu lagi. Dengan kata lain, hingga 1 Juni,” kata PM Lee dikutip dari Channel News Asia, Selasa (21/4).
(Baca: Ledakan Corona di Singapura yang Dipicu Padatnya Asrama Pekerja Asing)
Dalam dua hari ini, jumlah kasus baru corona di Singapura meningkat dengan pesat. Dari laman Worldometers, sejak Senin (20/4) ada 2.537 pasien corona baru di negara tersebut.
Lee mengatakan mayoritas kasus baru beberapa hari ini muncul di asrama pekerja migran. Meski hampir seluruh pekerja asing tersebut menunjukkan gejala ringan, namun tetap menularkan virus corona.
“Kami memastikan bahwa mereka yang membutuhkan perawatan lebih aktif dapat dikirim segera ke rumah sakit untuk membantu mereka pulih,” kata Lee.
Pemerintah Singapura juga akan memindahkan para pekerja yang lebih tua ke lokasi terpisah agar tak terpapar corona. Lee juga akan meminta atasan buruh tersebut agar tetap menggaji anak buahnya selama karantina. “Dan kami akan membantu Anda tetap berhubungan dengan teman dan keluarga,” katanya.
Selain pekerja di asrama, otoritas setempat juga akan mengawasi pekerja yang tinggal di ruko serta mereka yang mencari nafkah dalam layanan penting. Mereka dianggap rentan terkena Covid-19 lantaran aktivitasnya.
“Kami juga sedang menguji mereka untuk memastikan bahwa mereka sehat,” ujar Lee.
Singapura sejak awal April menerapkan kebijakan lockdown sebagian yang dinamakan ‘Pemutus Arus’ guna mencegah penyebaran corona lebih luas lagi. Warga hanya dibolehkan keluar dari tempat tinggal untuk 10 kegiatan penting seperti berbelanja bahan pokok hingga mencari bantuan medis.
Namun berbeda dengan kondisi warga Singapura pada umumnya, asrama pekerja migran mayoritas dapat dikatakan tak layak huni dan menunjang penyebaran corona.
Lembaga nirlaba juga menyoroti kondisi tempat tinggal buruh asing yang sangat sempit dan tak sehat. Direktur Eksekutif Organisasi Kemanusiaan untuk Migrasi Ekonomi (HOME) Catherine James mengatakan kondisi ini ditunjang aturan luas hunian minimal yang ditetapkan Pemerintah Singapura adalah 4,5 meter persegi per orang.
“Menjaga mereka dalam kondisi seperti itu menciptakan kerentanan sistemik. Tidak hanya pandemi (Covid-19), tapi wabah skala kecil seperti tuberkulosis (bisa muncul),” kata James dilansir dari BBC.
(Baca: Lonjakan Kasus Positif Corona Singapura hingga Tembus 8.000 Orang)