Pandemi Corona Gerus Dana Kelolaan Reksadana Maret 2020 Sebesar 13,5%
Pandemi corona membuat investor menarik investasi atau redemption dari reksadana. Dana kelolaan alias asset under management (AUM) pun turun sepanjang triwulan I-2020.
Berdasarkan data Infovesta, total AUM akhir Maret 2020 senilai Rp 460,32 triliun, turun hingga 13,49% dibandingkan dengan AUM akhir Desember 2019 senilai Rp 532,12 triliun. "Terjadi net redemption," kata Head of Research Infovesta Utama Wawan Hendrayana ke Katadata.co.id, Rabu (22/4).
Investor pasar saham paling banyak redemption dengan penurunan AUM sebesar 32,56% atau Rp 44,47 triliun sepanjang triwulan pertama 2020. Dengan begitu, total AUM produk reksa dana saham pada akhir Maret 2020 sebesar Rp 92,09 triliun.
Penurunan total AUM di pasar saham ini sejalan dengan kondisi pasar modal yang turun sepanjang Januari-Maret 2020 ini. Hal itu terlihat dari pergerakan IHSG yang anjlok hingga 27,95% dalam tiga bulan pertama tahun ini.
Penurunan AUM juga terjadi pada produk reksa dana pasar uang. Tercatat dana kelolaan produk tersebut pada Maret 2020 senilai Rp 59,97 triliun, turun hingga 12,07% atau Rp 8,22 triliun dibandingkan AUM akhir tahun lalu.
(Baca: Pengamat: Jika Investasi Reksa Dana Saat Pandemi, Pastikan Likuid)
Menurut Wawan, penurunan dana kelolaan pada produk reksa dana pasar uang terjadi karena investor membutuhkan dana kas. "Investor membutuhkan likuiditas akan mencairkan yang paling likuid dan kinerja positif," katanya.
Wawan memperkirakan dana kelolaan reksa dana bakal meningkat pada April 2020 karena kondisi pasar saham yang membaik. Hal itu terlihat dari pergerakan IHSG yang naik hingga 13,46% dalam sebulan terakhir.
Meski begitu, Wawan belum bisa memprediksi pergerakan investor terhadap produk reksa dana pasar uang. "Reksadana jenis lain semua negatif. Investor yang butuh uang tunai, pilihannya hanya pasar uang yang positif," katanya.
Wawan pun mendorong investor tetap berinvestasi meski ekonomi lesu karena Covid-19. Apalagi jika investor ingin berinvestasi jangka menengah selama tiga tahun untuk memilih produk reksa dana.
Menurutnya, alokasi asetnya bisa 50% berbasis obligasi, 30% pasar uang, dan 20% pada saham. "Tetap investasi sesuai profil risiko dan timeframe-nya," ujarnya
(Baca: Bareksa Catat Kenaikan Dana Kelolaan 5% di Tengah Pandemi Corona)