Eijkman dalam Proses Bangun 'Pondasi' Vaksin Virus Corona
Para peneliti tengah meneliti dan mengembangankan vaksin virus corona atau Covid-19. Kepala Lembaga Biologi Molekuler (LBM) Eijkman Amin Soebandrio pun mengatakan, proses penelitian vaksin Covid-19 atau vaksin Merah Putih mencapai 20-30%.
Proses awal ini dianggap merupakan bagian paling sulit. "Tahap 20-30% itu ibarat membangun pondasi rumah dan itu bagian paling sulit," kata Amin Soebandrio dalam konferensi pers secara daring, Kamis (16/7).
Amin memperkirakan, pengembangan vaksin tahap selanjutnya akan lebih mudah lantaran pondasinya telah terbentuk. Dalam tahap awal ini, Eijkman telah mempersiapkan protein rekombinan untuk di uji kepada hewan. Untuk mencapai tersebut, Eijkman telah mengidentifikasi virus corona yang bersirkulasi di Indonesia.
(Baca: Eijkman Operasikan Cobas 6800, Mampu uji 1.000 Sampel Covid-19 Sehari)
Selain itu, Eijkman melakukan amplifikasi bagian virus SARS-CoV-2, yaitu protein S dan N. Para peneliti juga berhasil memperbanyak gen S dan N tersebut dengan memasukkan ke dalam sel mamalia yang berasal dari hewan menyusui.
Nantinya, akan diperoleh protein rekombinan yang akan diuji lebih lanjut dalam merangsang respons imun. "Awalnya akan diuji pada hewan kecil, kemudian hewan yang lebih besar. Kalau hasilnya bagus, kami berikan (vaksin) ke industri," ujar dia.
Sebagaimana diketahui, pemerintah menargetkan vaksin corona yang dikembangkan di dalam negeri bisa diproduksi massal pertengahan 2021. Beberapa lembaga penelitian seperti PT Bio Farma yang menggandeng Lembaga Biomolekuler Eijkman, serta PT Kalbe Farma sedang mengembangkan vaksin covid-19.
Nantinya vaksin akan diprioritaskan penggunaannya bagi orang yang rentan terkena Covid-19. Mereka adalah masyarakat lanjut usia serta yang memiliki penyakit penyerta.
Adapun dari beberapa negara dan lembaga penelitian dunia menyatakan akan menyebarkan vaksin virus corona pada akhir 2020. Dari data organisasi kesehatan dunia (WHO), hingga 2 Juli tercatat ada 147 kandidat antivirus yang bersaing untuk uji coba.
Dari angka tersebut, 18 dalam proses evaluasi klinis, sedangkan 129 masih dalam tahap praklinis. Kandidat yang paling maju tahapannya adalah antivirus Universitas Oxford yang bekerja sama dengan raksasa farmasi AstraZeneca. Saat ini vaksin bernama ChAdOx1-S itu sedang memasuki uji klinis fase ketiga dengan pengujian kepada populasi di Brazil.