Masyarakat Pilih Belanja di Minimarket, Penjualan Hypermarket Tertahan
Perilaku belanja sebagian masyarakat di toko retail modern telah bergeser, dari supermarket dan hypermarket ke minimarket. Penyebabnya diduga faktor kepraktisan. Belanja di minimarket tidak sulit mencari parkir, dekat dengan tempat tinggal, antrean pendek dan dapat menghindari kemacetan.
Hal ini tersiratkan dalam angka-angka temuan yang diterbitkan baru-baru ini oleh The Nielsen company dalam laporan "Indonesia - FMCG & Retail Update". Laporan itu menunjukkan bahwa pertumbuhan penjualan barang-barang kebutuhan konsumen di minimarket lebih tinggi 17 kali lipat dibandingkan pertumbuhan penjualan di supermarket dan hypermarket.
Dalam periode Januari-Juni 2017, nilai penjualan 55 barang-barang kebutuhan konsumen atau Fast Moving Consumer Goods (FMCG) di Indonesia melalui minimarket naik 7% dibandingkan periode sama tahun lalu. Sedangkan supermarket dan hypermarket hanya membukukan kenaikan penjualan sebesar 0,4%.
(Baca: Pemerintah Diminta Waspadai Perubahan Pola Konsumsi Masyarakat)
Secara keseluruhan nilai penjualan naik sebesar 3,7%. Tapi angka ini hanya sekitar sepertiga dari persentase pertumbuhan penjualan pada semester pertama 2016. Ke-55 produk yang dipantau termasuk deterjen, sabun, air mineral dan minyak goreng.
Nielsen adalah perusahaan pengukuran penjualan retail yang memiliki cabang operasi di lebih dari 100 negara. Nielsen mengumpulkan data penjualan dari total 900 ribu gerai retail modern, termasuk hypermarket dan minimarket di seluruh dunia.
Pengumpulan data dilakukan melalui point of sale electronic dari mesin pemindai (scanner) yang ada di kasir pada gerai-gerai retail. Untuk negara-negara berkembang, dimana fasilitas point of sale belum digunakan, Nielsen menerjunkan auditor lapangan untuk mengumpulkan data penjualan.
(Baca: Kuartal II, Penjualan Alfamart, Hero, Indomaret, Hypermart Naik 20%)
Laporan "Indonesia - FMCG & Retail Update" juga menemukan bahwa provinsi-provinsi di Pulau Kalimantan, Jawa Barat dan Sumatera Selatan mencatatkan pertumbuhan penjualan yang lebih tinggi dan di atas provinsi lain. Hal ini didorong oleh mulai membaiknya harga komoditas yang menjadi andalan di beberapa provinsi tersebut.
Mayoritas tambang batu bara di Indonesia berlokasi di Kalimantan, sementara Jawa Barat memiliki komoditi unggulan, antara lain tebu dan kelapa. Adapun, Sumatera Selatan memiliki karet dan kelapa sawit.
Salah satu pemain utama di sektor retail modern adalah PT Indomarco Prismatama, yang memiliki waralaba Indomaret sebanyak 14 ribu gerai. Perusahaan milik Grup Salim ini bersaing ketat dengan lebih dari 10 ribu gerai Alfamart yang dimiliki oleh PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk.
Harga saham PT Indoritel Makmur Internasional Tbk yang merupakan induk usaha Indomarco, naik 2,44% menjadi Rp 2.100 per saham pada Selasa (15/8) di Bursa Efek Indonesia. Sedangkan harga saham Sumber Alfaria turun 0,73% menjadi Rp 680 per saham.