Potensi Ekonomi Kegiatan Kurban Tahun Ini Ditaksir Capai Rp 20 Triliun
Institute For Demographic and Poverty Studies memproyeksikan potensi ekonomi dari kegiatan kurban secara nasional pada tahun ini mencapai Rp 20,5 triliun. Potensi ini berasal dari proyeksi 2,3 juta umat muslim yang mampu berkurban.
Peneliti IDEAS Askar Muhammad menjelaskan, proyeksi tersebut bersumber dari perkiraan 62,4 juta keluarga muslim. Dari jumlah tersebut, 9% atau 5,6 juta di antaranya masuk kelompok kelas menengah atas dengan pengeluaran per kapita diatas Rp 2,5 juta per bulan.
“Dari 5,6 juta keluarga muslim sejahtera ini, kami perkirakan 40% di antaranya melakukan ibadah kurban, dengan asumsi satu keluarga berkurban satu hewan kurban,” katanya dalam diskusi daring pemaparan hasil riset IDEASTalk dengan tajuk ‘Ekonomi Kurban 2020’ di Jakarta, Rabu (15/07).
Dari 2,3 juta umat muslim yang diperkirakan mampu berkorban, diperkirakan terdapat 1,9 juta ekor kambing atau domba dan sapi sebanyak 452 ribu ekor yang akan dikurbankan. Dengan asumsi keuntungan perdagangan dan pengangkutan hewan ternak mencapai 20% serta tingkat harga rata-rata kambing di tingkat produsen Rp 1,9 juta per ekor dan sapi Rp 15 juta per ekor, nilai ekonominya mencapai Rp 20,5 triliun.
“Dengan asumsi berat kambing-domba antara 20-80 kg dengan berat karkas 42,5%, serta berat sapi antara 250-750 kg dengan berat karkas 50%, maka setara dengan 117 ribu ton daging,” kata dia.
(Baca: Gugus Tugas Siapkan Empat Aturan Pelaksanaan Kurban di Tengah Pandemi)
Sebagai pembanding, produksi daging sapi dan kerbau nasional sepanjang tahun lalu mencapai adalah 514 ribu ton, sedangkan produksi daging kambing dan domba sebanyak 163 ribu ton.
Meski memiliki potensi besar, terdapat masalah yang kerap terjadi yakni penyaluran daging kurban yang tak merata bagi warga yang berhak. Potensi mustahik atau orang yang berhak menerima kurban secara umum datang dari daerah pedesaan Jawa dan luar Jawa.
“Sementara dari sekitar 5,6 juta keluarga muslim kelas menengah-atas Indonesia, 71% diantaranya berada di Jawa dan sekitar 4 juta keluarga muslim sejahtera di Jawa, 2 juta di antaranya berada di Jabodetabek dan 1 juta lainnya tersebar di Bandung, Surabaya, Yogyakarta, Semarang dan Malang Raya," katanya.
Dari perhitungan IDEAS, daerah dengan potensi surplus kurban terbesar didominasi daerah perkotaan Jawa, yaitu Jakarta sebanyak 24 ribu ton, Bandung 6.000 ton, Surabaya-Bekasi 5.000 ton dan Depok-Tangerang 3.000 ton. Sedangkan daerah dengan potensi defisit kurban terbesar didominasi daerah pedesaan Jawa, antara lain Cianjur yang minus 2 .000 ton dan Jember minus 1.600 ton.
Selain itu, Garut minus 1.500 ton, Grobogan dan Brebes minus 1.300 ton. serta Kabupaten Cirebon dan Probolinggo minus 1.200 ton. “Mustahik muslim dengan pengeluaran per kapita di bawah Rp 500 ribu per bulan yang dipandang paling berhak menerima daging kurban diperkirakan berjumlah 9,3 juta keluarga. Potensi mustahik prioritas terbesar ini datang dari Jawa, yaitu 6,4 juta keluarga,” kata Askar.
(Baca: Persiapan Kurban, Petugas Potong Hewan Wajib Gunakan APD)
Sementara itu, untuk memastikan keamanan daging hewan kurban di tengah merebaknya pandemi virus corona Kementerian Pertanian telah menerbitkan menerbitkan Surat Edaran untuk pelaksanaan kurban. Dalam ketentuan tersebut, pekerja di Rumah Potong Hewan Ruminansia atau RPH-R pemerintah dan swasta wajib menggunakan alat pelindung diri.
Ketentuan tersebut tertuang dalam Surat Edaran Nomor 0008/SE/PK.320/F/F06/2020 Tentang Pelaksanaan Kegiatan Kurban dalam Situasi Wabah Bencana Nonalam Corona Virus Disease. Surat Edaran ini ditetapkan pada 8 Juni 2020 oleh Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementan I Ketut Diarmita.
"Pekerja menerapkan pola hidup bersih dan sehat, seperti mencuci tangan, menggunakan APD, dan tidak meludah/merokok, serta memperhatikan etika meludah/bersin/batuk," kata Ketut dalam Surat Edaran tersebut yang dikutip Kamis (11/6).
Tak hanya itu, pekerja juga harus menjaga jarak minimal satu meter pada setiap aktivitas. Manajemen RPH-R juga mengatur kepadatan pekerja selama aktivitas dengan mengurangi kepadatan paling kurang pada saat presensi, makan siang, dan istirahat serta membuat shift kerja. Kemudian, manajemen RPH-R diminta membuat jadwal pengelompokan pekerja menurut shift dengan memastikan kelompok tersebut beranggotakan pekerja yang sama.
Indonesia saat ini merupakan negara dengan jumlah penduduk muslim terbanyak di dunia. Pada 2050, jumlah penduduk muslim di Indonesia bahkan diperkirakan mencapai 297 juta, seperti terlihat dalam databoks di bawah ini.