Strategi Branding Nestle Lewat Logo Produk Sehat
Perusahaan makanan minuman Nestle Indonesia terus meningkatkan penetrasi pasarnya di dalam negeri. Salah satu strateginya yaitu dengan mencantumkan logo "Pilihan Lebih Sehat" dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) pada kemasan produk minuman untuk menarik minat konsumen.
Presiden Direkstur Nestle Indonesia, Ganesan Ampalavanar mengatakan perusahaan berkomitmen meningkatkan kualitas hidup masyarakat dan berkontribusi terhadap masa depan lebih sehat.
Dengan adanya logo ini, perusahaan berharap ikut berperan aktif mendorong masyarakat dalam membaca label produk pangan dan memperhatikan asupan gizi yang dibutuhkan.
"Logo ini akan dicantumkan pada produk minuman siap konsumsi Bear Brand, Dancow dan Milo UHT," ujarnya dalam diskusi daring di Jakarta, Rabu (30/9).
Ketiga produk berlogo kesehatan tersebut akan dipasarkan pada kuartal IV 2020.
Direktur Corporate Affairs Nestle Indonesia, Debora Tjandrakusuma menambahkan, sebagai produsen, perusahaan juga berkomitmen mengurangi kandungan gula di beberapa produknya.
Saat ini, komitmen pengurangan gula sudah diterapkan pada jenis produk Milo Activ-Go less sugar 25% dan Dancow Nutritods 0% sukrosa. Sedangkan untuk membantu meningkatkan gizi produk, Nestle juga memfortifikasi produk lewat zat besi, zinc, yodium, vit A dan D.
Fortifikasi adalah proses penambahan mikronutrien (vitamin dan unsur renik esensial) pada makanan.
Pada 2019, jumlah sajian produk yang sudah difortifikasi menurutnya telah mencapai 3,87 miliar dan pada semester I 2020 sudah mencapai 2,1 miliar.
Untuk meningkatkan ekspansi usahanya, Nestle sebelumnya menambah investasi US$ 100 juta atau Rp 1,5 triliun. Dana ini digunakan untuk menambah kapasitas ketiga pabriknya di Karawang, Jawa Barat, Kejayan Jawa Timur dan Panjang Lampung sebesar 25%.
Kampanye produk sehat sebelumnya dilakukan PT Mayora Indah Tbk, melalui anak usahanya brand Le Minerale bekerja sama dengan Ikatan Dokter Indonesia (IDI) menggagas Gerakan Indonesia Sehat (GIS). Kampanye GIS dengan mengusung 3 pilar pola hidup sehat, yakni Move Right, yakni berolahraga secara benar dan teratur.
Eat Right, atau makan dengan benar dan bergizi dan drink right atau minum dengan benar, yang mendorong konsumsi air minum masyarakat.
Kampanye dan strategi pengenalan brand ini dilakukan lewat berbagai kegiatan seperti lomba lari hingga pembagian 2 juta botol air mineral ke rumah sakit. Tujuannya untuk mensosialisasikan pentingnya mengonsumsi air mineral kepada masyarakat.
Syarat Logo Sehat
Logo “Pilihan Lebih Sehat” merupakan standarisasi yang ditetapkan oleh BPOM untuk mengedukasi konsumen dalam memilih produk sehat.
"Pencantuman logo ini bisa berarti, produk itu lebih sehat dibanding produk sejenis bila dikonsumi dalam jumlah wajar, " kata Kasubdit Standarisasi Pangan Olahan Tertentu Badan POM Yusra Egayanti.
BPOM telah mencantumkan logo tersebut pada jenis produk minuman siap konsumsi, seperti minuman ringan, sus, sari buah, pasta, dan mie instan.
Berdasar riset dan suplai makanan individu, produk tersebut merupakan pangan olahan yang tingkat konsumsinya tinggi. Di sisi lain, produk tersebut juga menyumbang gula, garam, dan lemak tinggi, sehingga perlu mereformulasi dengan pencantuman logo atau infromasi pangan.
Untuk memperoleh logo “Pilihan Lebih Sehat”, BPOM memiliki standar batasan kandungan produk. Pada minuman siap konsumsi misalnya, produk harus mengandung gula maksimal 6 gram (gr) per 100 mili (ml).
Sedangkan untuk pasta dan mie instan, kandungan lemak total dibatasi maksimal 20 gram per 100 gram dengan kandungan garam 900 mg per 100 gram.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada 2016 mencatat, kematian yang disebabkan oleh penyakit tidak menular (PTM) sebesar 71%. Khusus di Indonesia, Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) menyebut, terjadi peningkatan penyakit PTM dari tahun ke tahun, seperti diabetes, stroke, dan rematik.
Faktor risiko utama penyebab mortalitas berkaitan erat dengan pola makan tidak sehat, kurangnya aktivitas fisik, hingga konsumsi tembakau.
Direktur Standarisasi Pangan Olahan BPOM Sutanti Siti menjelaskan, sistem pelabelan gizi dapat menjadi salah satu solusi untuk mengatasi permasalahan ini. Sebab, komunikasi produsen melalui cara ini bisa membantu konsumen dalam memperoleh informasi gizi dalam produk pangan.
Informasi Nilai Gizi (ING) telah tercantum pada hampir semua kemasan produk pangan. Namun,berdasar survei yang dihimpun oleh BPOM hanya 5,3% responden yang membaca label kemasan sebelum membeli produk. Selain itu, ING dianggap tidak begitu consumer friendly.
Padahal dengan memiiki kebiasaan membaca label, bisa mendorong konsumen memiliki preverensi produk yang lebih menyehatkan. Oleh sebab itu, BPOM berinisiatif mencantumkan panduan asupan gizi harian dengan warna monokrom dan logo Pilihan Lebih Sehat.
Harapannya, melalui cara ini dapat memudahkan konsumen membaca kandungan gizi dan memilih produk.
Penyumbang Bahan/ Reporter: Agatha Lintang (Magang)