Pangkas Harga Komoditas di Maluku, Jokowi Anggarkan Tol Laut Rp 1,28 T
Kementerian Perhubungan atau Kemenhub menyatakan telah berhasil menurunkan sebagian harga komoditas di bagian timur Indonesia dengan program Tol Laut. Adapun, dua provinsi yang mendapat perhatian khusus dari Kemenhub adalah Maluku dan Maluku Utara.
Direktur Jenderal Perhubungan Laut Kemenhub Arif Toha mengatakan, Maluku dan Maluku Utara telah dilalui oleh 10 trayek tol laut yang menyinggahi 20 pelabuhan. Hingga Agustus 2022, total barang yang telah singgah di kedua provinsi tersebut mencapai 9.009 Teus.
"Jumlah tersebut tentunya akan terus bertambah sampai dengan akhir tahun 2022. Jika dibandingkan dengan tahun 2021, di mana sepanjang tahun tersebut jumlah muatan dengan menggunakan tol laut di kedua provinsi tersebut hanya 7.876 Teus," kata Arif dalam keterangan resmi, Kamis (22/9).
Secara rinci, total muatan yang masuk ke Maluku dan Maluku Utara mencapai 6.585 Teus. Sementara itu, total muatan yang berangkat dari kedua provinsi tersebut mencapai 2.424 Teus.
Secara keseluruhan, capaian angkutan ke Maluku dan Maluku Utara pada Januari-Agustus 2022 telah melampaui realisasi sepanjang 2021. Arif menilai hal tersebut disebabkan oleh subsidi yang diberikan pemerintah dalam program Tol Laut.
Ia menjelaskan, subsidi tersebut membuat angkutan barang dengan Tol Laut lebih murah dibandingkan dengan biaya angkut kapal komersial. Sebagai informasi, anggaran yang disiapkan pemerintah untuk Tol Laut mencapai Rp 1,28 triliun.
Menurutnya, subsidi logistik tersebut telah berhasil menekan disparitas harga di bagian timur Indonesia. Menurutnya, beberapa harga komoditas yang telah menyusut di bagian timur Indonesia adalah minyak goreng, semen, dan tepung terigu.
Arief mencatat harga minyak goreng di Surabaya adalah Rp 17.600 per liter. Seperti diketahui, Surabaya merupakan salah satu tempat asal barang yang dikirim ke Maluku dan Maluku Utara melalui Tol Laut. Sementara itu, harga minyak goreng di Kepulauan Tidore adalah Rp 20.000 per liter.
Sebelumnya, Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi mengatakan kapal Tol Laut memiliki keuntungan berupa biaya angkut yang lebih rendah.
Pemerintah bahkan memberikan stimulus berupa potongan biaya angkut sebesar 50% dari biaya angkutan muatan berangkat, sehingga biaya untuk muatan balik kapal Tol Laut biayanya bisa lebih rendah lagi.
“Stimulus ini bukan saja menjadi penyeimbang sistem pembiayaan logistik, namun juga penting untuk mendorong geliat pertumbuhan perekonomian di daerah," kata Budi Karya
Sebagai informasi, program Tol Laut diluncurkan pada tahun 2015 sebagai upaya pemerintah untuk menekan disparitas harga antara Indonesia bagian timur dan barat.
Pada awal peluncuran, program Tol Laut hanya melayani enam trayek tetapi saat jumlah trayek sudah berkembang pesat menjadi 34 trayek. Dengan bertambahnya trayek, maka perlu dilakukan upaya-upaya untuk mengoptimalkan jumlah muatannya.
Total muatan berangkat yang diangkut dengan program Tol Laut pada tahun lalu mencapai 18.011 Teus atau naik 30,02% dari realisasi 2020 sebanyak 13.582 teus. Sementara itu, total muatan balik naik 36,39% menjadi 5.869 Teus.