Setelah Trigana, Wings Air Setop Sementara Penerbangan ke Dekai Papua
Perusahaan penerbangan Wings Air menghentikan sementara rute penerbangan Sentani-Dekai, ibu kota Kabupaten Yahukimo, Papua Pegunungan. Hal itu menyusul insiden penembakan atas pesawat Trigana Air di Bandara Dekai.
Kepala Operasional Lion Air di Bandara Sentani, Papua, Suprihatin, mengatakan Wings Air untuk sementara tidak terbang ke Dekai sampai batas waktu yang tidak ditentukan.
"Memang mulai hari Senin (13/3) Wings Air tidak lagi terbang ke Dekai setelah pesawat Boeing 737-500 milik Trigana ditembak, Sabtu (11/3) saat take off dari bandara Dekai menuju Jayapura," kata Suprihatin dikutip dari Antara, Senin (13/3).
Wings Air sebelumnya melayani rute Sentani-Dekai setiap hari, sebelumnya juga sempat dilaporkan ditembak namun tidak kena.
"Wings Air akan kembali melayani penerbangan ke Dekai setelah ada jaminan keamanan, " kata Suprihatin.
Sebelumnya, Trigana Air telah memberhentikan lebih dulu penerbangan ke Dekai Papua. Aviation Security and Safety Manager Trigana Air, Kapten Alfred membenarkan pihaknya untuk sementara menyetop penerbangan ke Dekai.
"Belum dipastikan kapan kami kembali melayani penerbangan ke Dekai," kata Kapten Alfred.
Kebijakan tersebut setelah Pesawat Trigana Air ditembak Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) pada Sabtu (11/3) sekitar pukul 14.06 WIT. Saat itu, pesawat sedang take off dari Bandara Dekai Kabupaten Yahukimo, Provinsi Papua Pegunungan menuju Bandara Sentani Jayapura.
Tidak ada korban jiwa dalam peristiwa tersebut. Pesawat yang membawa 66 penumpang bisa mendarat dengan selamat di Bandara Sentani Jayapura.
Penyelundupan Senjata Marak di Papua
Aliansi Demokrasi untuk Papua (ALDP) mencatat praktik penyelundupan senjata api di Papua sepanjang 2010-2022. Total yang terhimpun mencapai 56 pucuk senjata.
Selama rentang waktu tersebut, transaksi senyap banyak terjadi di tahun-tahun pandemi Covid-19. Pada 2021 dengan jumlah 18 pucuk senjata. Sementara pada 2020 mencapai 12 pucuk senjata.
Pelaku penyelundupan, pembeli atau penjual, pun beragam. Mulai warga sipil, aparat TNI/Polri, kelompok bersenjata hingga organisasi politik seperti Komite Nasional Papua Barat (KNPB). Beberapa dari mereka yang terlibat ada yang sudah diadili dan dibui.
Dalam transaksi ilegal itu, aparat atau pengadilan tak hanya mendapati pucuk senjata, tetapi juga amunisi hingga uang kontan.
"Dari 43 peristiwa, ada 86 orang yang putusan pengadilannya diketahui, sementara setidaknya 14 orang dari 7 peristiwa tidak terlacak proses hukumnya," tulis ALDP dalam laporan yang diterima Databoks, Senin (27/2/2023).