Kerugian Daihatsu Jepang Akibat Skandal Uji Keselamatan Capai Rp 10 T
Daihatsu Motor diperkirakan mengalami kerugian lebih dari 100 miliar yen atau sekitar Rp 10,9 triliun akibat skandal uji keselamatan. Saat ini Daihatsu menutup pabrik di Jepang dan memberikan kompensasi kepada para pemasok.
Daihatsu menghentikan semua produksi di Jepang tanpa pemberitahuan jadwal buka operasiol. Selain kehilangan penjualan, Daihatsu bernegosiasi dengan para pemasok untuk memberikan kompensasi kepada mereka atas hilangnya pendapatan akibat penghentian produksi.
Kompensasi ini diperkirakan akan memakan biaya yang besar, setelah hasil investigasi dan tes keselamatan lanjutan.
"Tergantung pada skala kompensasi, kerugian Daihatsu dapat mencapai 100 miliar yen atau lebih," kata Seiji Sugiura dari Tokai Tokyo Research Institute dikutip dari Nikkei Asia, Minggu (31/12).
Daihatsu melaporkan laba operasional konsolidasi sebesar 141,8 miliar yen dan laba bersih 102,2 miliar yen pada 2022. Dampak dari skandal ini bisa membuat Daihatsu mengalami kerugian pertama kalinya dalam 30 tahun terakhir.
Skandal serupa terjadi juga pada produsen mobil Jepang lainnya. Hino Motors melaporkan kerugian bersih sebesar 117,6 miliar yen pada 2022 setelah diketahui memalsukan data emisi dan efisiensi bahan bakar. Mitsubishi Motors mencatat kerugian bersih sebesar 198,5 miliar yen pada Maret 2017 di tengah pengungkapan data penghematan bahan bakar palsu.
Daihatsu juga membuat kendaraan di Jepang dan di luar negeri untuk Toyota, Subaru dan Mazda Motor. Perusahaan ini memainkan peran penting dalam strategi Toyota untuk mobil kecil di Jepang dan mobil kompak di pasar negara berkembang.
Daihatsu dimiliki sepenuhnya oleh Toyota sejak 2016 dan diperkirakan menyumbang sekitar 3% dari total laba perusahaan induk. Namun, jika Daihatsu mengalami penurunan laba lebih dari 100 miliar yen, diperkirakan akan mengganggu pendapatan Toyota.