Starbucks Indonesia Cerita Efek Besar Boikot: Penjualan Anjlok 35%
Pemegang lisensi waralaba Starbucks di Indonesia, PT Sari Coffee Indonesia memperkirakan penurunan penjualan akibat sentimen boikot Israel mencapai 35%. Starbucks kembali menegaskan tak terkait dengan Israel seperti yang ramai dibahas sehingga memicu aksi boikot terhadap produk mereka.
"Kami cukup terdampak dengan isu saat ini. Penjualan secara keseluruhan turun sekitar 30-35%," ujar Chief Marketing Officer PT Sari Coffee Indonesia Liryawati saat berbincang dengan media, Kamis (29/2).
Ia menjelaskan, PT Sari Coffee Indonesia yang saat ini memegang lisensi Starbucks di Indonesia adalah perusahaan lokal. Perusahaan saat ini mempekerjakan sekitar 6.000 orang yang seluruhnya merupakan warga negara Indonesia.
"40% biji kopi Starbucks secara global saat ini juga disuplai dari Indonesia. Kami punya 70 ribu mitra petani. Adanya isu saat ini tentu berpengaruh terhadap mereka," ujar dia.
Starbucks Hadapi Vandalisme
Ia mengatakan, dampak sentimen negatif ini juga memimbulkan kekhawatiran bagi karyawan terkait kemungkinan perampingan. Menurut dia, disinformasi tersebut bahkan menimbulkan aksi vandalisme terhadap gerai Starbucks yang menganggu psikologis karyawan.
"Vandalisme memang ada, kami mendapat laporan di beberapa gerai," ujar dia.
Ia mengatakan, pihaknya telah memiliki standar opersional prosedur yang dapat diterapkan karyawan jika menghadapi vandalisme. Liryawati memastikan, keamanan karyawan adalah yang paling utama.
Senior General Manager Corporate PR & Communication PT Sari Coffee Indonesia Avolina Raharjanti kembali membantah rumor keterkaitan Starbucks dengan Israel yang menjadi pemicu aksi boikot. Ia menegaskan, Starbucks Indonesia maupun secara global, termasuk CEO Howard Schultz tak memberikan pendanaan kepada Israel.
"Starbucks tidak memiliki agenda politik dan tidak pernah menggunakan keuntungannya untuk mendanai operasional pemerintah atau militer di mana pun dan tidak pernah melakukannya," ujar dia dalam kesempatan yang sama.
Hati-hati Ekpansi
Starbucks saat ini memiliki sekitar 600 gerai di 58 kota yang terbesar di seluruh Indonesia. Liryawati mengatakan, pihaknya tetap akan berekspansi pada tahun ini, tetapi kemungkinan tak akan seagresif tahun-tahun lalu.
"Kami lebih berhati-hati tahun ini karena ada dampak dari isu-isu tersebut," ujarnya.
Liryawati belum mau membeberkan berapa gerai baru Starbucks di Indonesia yang rencananya dibuka tahun ini. Ia juga belum mau menginformasikan wilayah baru yang akan mereka masuki.
"Yang pasti, kami tentu akan memilih wilayah yang lebih terbuka. Kemarin kami baru buka cabang di Bengkulu," ujar dia.
Catatan redaksi: Judul berita ini mengalami koreksi dari sebelumnya "Starbucks Indonesia Cerita Efek Besar Boikot: Penjualan Anjlok 40%" karena kesalahan redaksional.