Konflik Israel-Iran: Industri Petrokimia Berpotensi Paling Terdampak
Kementerian Perindustrian atau Kemenperin memprediksi konflik Iran-Israel akan berdampak pada industri petrokimia nasional. Mayoritas bahan baku industri petrokimia masih bergantung pada impor yakni naphta.
Direktur Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi, dan Elektronika Kemenperin Taufiek Bawazier mengaku telah membahas dampak konflik tersebut di Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian hari ini, Selasa (16/4). Walau demikian, pemerintah belum berencana mengambil langkah besar untuk melindungi industri nasional dalam waktu dekat.
"Kami masih akan monitor saja konflik tersebut dan menganalisis dampaknya. Dampak ke sektor manufaktur belum terlalu terlihat karena pabrikan sudah menyetok bahan baku sebelum Lebaran 2024," kata Taufiek kepada Katadata.co.id, Selasa (16/4).
Wakil Menteri Luar Negeri Pahala Mansury mengatakan, konflik Iran-Israel dapat mempengaruhi rantai pasok global, termasuk berdampak ke dalam negeri. Konflik tersebut akan mempengaruhi pengiriman barang dari dan menuju Benua Eropa dan Timur Tengah.
Salah satu area yang terpengaruhi akibat konflik Iran-Israel adalah Selat Hormuz. Hal tersebut ditunjukkan dengan kegiatan tentara Iran yang meluncurkan rudal di dekat selat tersebut.
Sementara itu, naphta adalah salah satu turunan produksi minyak bumi. Seperlima produksi minyak global melalui Selat Hormuz atau hingga 21 juta barel per hari pada 2018
"Itu yang perlu kami lihat terkait dampak konflik Iran-Israel ke rantai pasok global, khususnya rantai pasok di Indonesia," kata Pahala.
Oleh karena itu, Pahala menyampaikan pemerintah akan memantau tiga aspek terkait konflik Iran-Israel dalam waktu dekat. Pertama, pengaruh konflik tersebut pada kenaikan harga energi. Kedua, pengaruh konflik ke harga pangan di dalam negeri.
Terakhir, pengaruh konflik Iran-Israel ke premium resiko investasi dan keluarnya dana asing dari dalam negeri. "Ini yang akna kami monitor seperti apa dampak konflik di Timur Tengah ke dalam negeri," ujarnya.
Pada saat yang sama, Pahala mengaku pemerintah menyiapkan mitigasi dalam skenario konflik Iran-Israel berkepanjangan. Walau demikian, Pahala menekankan arah diplomasi nasional dalam menanggapi konflik tersebut adalah mengurangi eskalasi.
"Kami akan berupaya agar diplomasi kami mengurangi eskalasi, atau menghindari eskalasi, dan bahkan berupaya melakukan deeskalasi," katanya.