Potret Kandang Kualitas Hotel, Alasan Ayam Probiotik Lebih Mahal

Andi M. Arief
19 Juli 2024, 08:29
japfa, kandang ayam, ayam probiotik,
Dok Japfa
Kandang ayam Japfa.
Button AI Summarize

Lagu ciptaan Ludwig van Beethoven terdengar sayup-sayup di area peternakan ayam milik PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk yang berada di Desa Tonjong, Cirebon, Jawa Barat. Di kandang premium itu, musik klasik dimainkan selama delapan jam sehari untuk menekan stress pada ayam.

Kandang tersebut mengelola ayam probiotik Olagud yang merupakan merek premium JAPFA. Musik klasik dibutuhkan untuk menekan hormon kortisol dan adrenalin pada ayam sehingga lebih bahagia dan tumbuh dengan optimal.

Head of Marketing Olagud JAPFA Priscillia Angelina menjelaskan, musik klasik yang dimainkan di kandang tak sembarangan. Hanya musik dengan ketukan sekitar 100 per menit seperti Fur Elise ciptaan Beethoven yang diperdengarkan kepada ayam-ayam.

"Ayam Olagud menjadi produk bersejarah Japfa karena menjadi ayam probiotik pertama yang diekspor ke Singapura sejak Juni 2023 dan terus berlanjut hingga sekarang," kata Angelina di Peternakan JAPFA Tonjong, Kamis (18/7).

Menurut Angelina, ayam yang mendengarkan musik klasik menghasilkan daging yang lebih rendah lemak, rendah kolesterol, dan lebih banyak kolagen. Ayam jenis ini cukup digemari di Singapura.

Japfa mengirimkan sekitar 19.800 ekor ayam hidup ke Singapura dari peternakannya di Kepulauan Riau pada bulan lalu. Adapun sejak tahun lalu hingga Juni 2024, Japfa telah mengekspor 110 ribu ekor ayam hidup ke Negeri Jiran itu. 

Ia menjelaskan ekspor ayam dalam kondisi hidup sesuai dengan permintaan pembeli yang ingin kualitas produknya terjaga. Ayam probiotik JAPFA biasanya menjadi bahan baku restoran untuk menu ayam hainan.

Tak hanya suara musik klasik, suhu kandang ayam rasa 'hotel' ini juga dijaga betul sesuai kebutuhan penghuninya. 

Kandang Ayam Japfa
Kandang Ayam Japfa (Dok. Japfa)

Steril dari Bakteri

Peternakan ini juga minim interaksi dengan manusia karena sudah menerapkan otomatisasi. Para peternak atau orang yang masuk ke dalam kandang ayam bahkan tak bisa sembarangan. Katadata.co.id yang berkesempatan untuk melihat langsung kandang ayam ini harus masuk ke kolam klorin untuk membunuh bakteri yang berada di badan.

Kami juga harus menggunakan pakaian steril, sepatu bot karet khusus, hingga pakaian dalam sekali pakai sebagai syarat masuk kandang. Peternakan ini memiliki keamanan biologis moderat untuk menjaga sertifikasi anti flu burung.

Head of Health Control Commercial Poultry Division JAPFA Singgih Hujianto mengatakan, seluruh ayam di Peternakan Tonjong tidak mendapatkan suntikan hormon. Ayam telah direkayasa untuk meng nsumsi pakan secara optimum melalui air dan pakan yang dilengkapi dengan probiotik.

Rahasianya ada pada air yang dikonsumsi ternak. Singgih menjelaskan, air tersebut telah difiltrasi untuk membunuh bakteri dan disediakan dengan suhu sejuk pada ternak.

"Kalau airnya tidak dingin dan segar, ternak malas minum dan akhirnya malas makan. Oleh karena itu, filtrasi air jadi salah satu prioritas penting di peternakan," kata Singgih.

Menurut Singgih, tenaga kerja yang berinteraksi langsung dengan ternak hanya 13 orang. Tenaga kerja tersebut bertanggung jawab pada 310.000 ekor ayam yang terbagi pada 10 kandang di lima bangunan.

Tugas peternak di dalam kandang pun terbatas, yakni hanya mengisi pakan di silo otomatis dan memeriksa filtrasi air. Interaksi dengan ternak hanya terjadi saat panen yang dilakukan setiap 60 hari sekali.

Kendaraan yang mengantarkan ayam ke rumah potong juga diguyur cairan klorin sebelum memasuki kawasan peternakan. Demikian pula dengan kendaraan lainnya. Singgih menekankan langkah tersebut penting lantaran investasi yang ditanamkan Japfa lebih dari Rp 100.000 per ekor.

Kandang Ayam Japfa
Kandang Ayam Japfa (Dok. Japfa)

Otomatisasi

Singgih menyampaikan, Peternakan Tonjong baru beroperasi pada tahun lalu. Investasi terbesar dalam peternakan tersebut adalah sistem otomatisasi.  Peternakan juga dilengkapi generator lantaran membutuhkan energi hingga 197 kilovolt ampere.

Singgih mencatat, setidaknya ada tiga pekerjaan yang telah dilengkapi dengan sensor dan otomatisasi, yakni air minum, pakan, dan kipas. Peternakan tersebut menelan investasi lebih dari Rp 50 miliar.

Singgih menjelaskan, sistem otomatisasi dibutuhkan agar interaksi dengan manusia minimal dan menghasilkan ayam dengan tingkat stress rendah. Menurutnya, air yang dinikmati ternak telah diatur untuk meningkatkan nafsu makan. Oleh karena itu, volume pakan yang dihabiskan ternak di Peternakan Tongjo mencapai sekitar 50 ton per hari.

Sementara itu, otomatisasi kipas dilakukan dengan memasang sistem pendingin yang dilengkapi automatic cooling pad, 10 unit exhaust fan, dan automatic heater system. Pendingin dibutuhkan agar potensi susut panas tubuh ternak bisa dihilangkan.

Singgih mengatakan, investasi terbesar dalam sistem tersebut adalah sistem alarm untuk memastikan sistem terus berjalan.  Slarm tersebut membuat gangguan pada sistem dapat ditangani selambatnya tiga menit.

Hasilnya, ayam di peternakan tersebut tidak membutuhkan hormon dengan volume panen rata-rata 1,2 kilogram per ekor. Singgih mencatat, harga jual yang dinikmati Peternakan Tongjo saat ini sekitar Rp 23.000 per kilogram, sedangkan harga jual ke konsumen mencapai Rp 56.500 per kg.

Badan Pangan Nasional mendata rata-rata nasional harga ayam yang dinikmati peternak saat ini Rp 21.800 per kg hari ini, Kamis (18/7). Sementara itu, rata-rata nasional harga ayam di tingkat konsumen adalah Rp 35.750 per kg.

 

Reporter: Andi M. Arief
Editor: Agustiyanti

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...