Penggunaan Teknologi 4.0 di Sektor Kesehatan Masih Minim, Tapi Prospektif

Andi M. Arief
27 Agustus 2024, 15:49
teknologi kesehatan, sektor kesehatan
ANTARA FOTO/Sakti Karuru/aww.
Petugas kesehatan memeriksa peralatan di ruang operasi saat peresmian layanan kateterisasi jantung dan bedah minimal invasif di Rumah Sakit Provita, Kota Jayapura, Papua, Selasa (13/6/2023). Dengan hadirnya layanan tersebut diharapkan dapat memenuhi kebutuhan masyarakat Papua akan pelayanan kesehatan khususnya terkait penyakit jantung dan penyakit- penyakit pembuluh darah di berbagai organ tubuh dengan memanfaatkan inovasi teknologi kesehatan.
Button AI Summarize

Kementerian Perindustrian menyatakan penggunaan teknologi industri 4.0 di industri alat kesehatan masih minim. Walau demikian, pemerintah optimistis penggunaan teknologi industri 4.0 di sektor alat kesehatan cukup tinggi pada masa depan.

Kepala Badan Standardisasi dan Kebijakan Jasa Industri Kemenperin Andi Rizaldi menjelaskan minimnya adopsi teknologi industri 4.0 di sektor alat kesehatan disebabkan masih rendahnya belanja kesehatan masyarakat. Namun, Rizaldi menilai penggunaan teknologi industri 4.0 di sektor alat kesehatan prospektif pada masa depan.

"Kesadaran kesehatan nasional makin lama makin membaik," kata Rizaldi di Jakarta International Expo, Selasa (27/8).

Badan Pusat Statistik mendata pengeluaran kesehatan per kapita konsisten di bawah 4% pada 2016-2023 dari total belanja rumah tangga. Walau demikian, nilai pengeluaran kesehatan rumah tangga berada menunjukkan tren pertumbuhan selama 10 tahun terakhir.

Berdasarkan data BPS, belanja kesehatan bulanan rumah tangga tahun lalu senilai Rp 59.979 per kapita atau 3,55% dari total belanja rumah tangga bulanan. Walau demikian, angka tersebut naik 13,3% dari capaian belanja kesehatan bulanan 2022 senilai Rp 52.937 per kapita.

Teknologi industri 4.0 adalah teknologi yang digunakan pada revolusi industri keempat, seperti sensor dan kecerdasan buatan.

Sementara itu, Rizaldi menyampaikan adopsi teknologi industri 4.0 terbesar ditemukan pada industri makanan dan minuman. Menurutnya, hal tersebut sejalan dengan pertumbuhan nilai produksi industri pangan olahan sekitar 6% per tahunnya.

Kementerian Kesehatan saat ini juga tengah mendorong pengunaan teknologi kesehatan, termasuk kecerdasan buatan atau artificial intelligence atau AI dalam praktik pelayanan medis ke pasien. Salah satu terobosan yang tengah dilakukan adalah mengadopsi teknologi AI untuk membantu praktik dokter spesialis radiologi, spesialis neurologi dan spesialis patalogi anatomi.

"Kemenkes sudah mulai inisiatif AI terkait SpRad, SpN dan SpPA," kata Budi pada Juni lalu. 

Budi meyakini bahwa perkembangan teknologi AI di bidang kesehatan akan membawa perubahan signifikan bagi peningkatan layanan kesehatan di Indonesia. Penggunaan teknologi AI di bidang kesehatan setidaknya akan memberikan dukungan kesehatan yang lebih akurat. Hal ini mengingat di dalam tubuh manusia terdapat lebih dari 30 juta gen, 87 miliar neuron yang mayoritas berada di otak, 300 triliun sel, dan 37 triliun microbiome, yang saling terhubung dan memengaruhi kesehatan manusia.

Dia mengatakan peran teknologi AI nantinya dapat mengubah cara kerja kedokteran dan membantu dokter dalam mendeteksi penyakit tidak menular seperti penyakit jantung dengan lebih mudah, cepat, dan presisi. Menurut Budi, pemahaman ilmiah terhadap penyebab penyakit jantung yang makin meningkat berimplikasi melahirkan teknologi terus berkembang.

Dia mencontohkan, sebelum adanya Lab Darah High-Density Lipoprotein (HDL), Low-Density Lipoprotein (LDL) untuk menilai risiko penyakit kardiovaskular, seorang dokter menggunakan stetoskop sebagai alat utama untuk diagnosa penyakit jantung. Teknologi lalu berkembang dengan adanya elektrokardiografi untuk mengetahui pergerakan grafiknya, kemudian CT Scan, hingga akhirnya muncul pemeriksaan gen untuk mengetahui mutasi gen dalam tubuh yang dapat menyebabkan penyakit jantung.

"Perlahan secara bertahap alat deteksi harus dilengkapi dengan pemeriksaan darah, pemeriksaan ECG, pemeriksaan USG, pemeriksaan CT, Pemeriksaan Polygenic Risk Score, dan teknologi-teknologi baru ke depan," ujar Budi.

Reporter: Andi M. Arief
Editor: Agustiyanti

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...