Mendag: Perjanjian Dagang RI-Kanada Bisa Jadi Pintu Masuk ke Amerika
Menteri Perdagangan Budi Santoso mengungkapkan, Perjanjian Kemitraan Ekonomi Komprehensif antara Indonesia dan Kanada atau ICA-CEPA akan mempermudah barang lokal masuk ke Amerika Serikat. Perjanjian perdagangan bebas ini menjadi alternatif eksportir untuk menjaga performa ekspor ke AS di era Presiden Trump yang kemungkinan menerapkan kebijakan proteksionisme.
Badan Pusat Statistik mendata, nilai ekspor ke Amerika Serikat stabil di kisaran US$ 18 miliar saat Trump menjabat pada 2017 hingga 2021. Angka tersebut naik konsisten ke atas US$ 20 miliar hingga US$ 28,18 miliar saat Presiden Joe Biden menjabat pada 2021 hingga tahun lalu.
"ICA-CEPA jadi akses yang bisa digunakan agar lebih mudah memasarkan produk-produk kita ke negara-negara di Amerika Utara, termasuk Amerika Serikat," kata Budi dalam konferensi pers di Jakarta Pusat, Senin (2/12).
Budi menyampaikan, ICA-CEPA dapat menghindari kebijakan-kebijakan yang menghambat proses ekspor ke negara-negara di Amerika Utara. Ini karena Kanada dapat menjadi pintu masuk produk lokal ke negara-negara tetangga Negeri Pecahan Es, khususnya Amerika Serikat.
Di sisi lain, Budi mengatakan ICA-CEPA dapat menggenjot ekspor minyak sawit mentah atau CPO langsung ke Kanada. Sejauh ini, Kanada memasok CPO dari tiga negara, yakni Indonesia, Malaysia, dan Amerika Serikat.
Berdasarkan data BPS, volume ekspor ke Kanada belum menembus 100.000 ton, sedangkan ekspor ke Amerika Serikat konsisten mencapai lebih dari 1,2 juta ton per tahun sejak 2017 hingga tahun lalu.
Budi menjelaskan, perluasan pasar CPO diperlukan lantaran ada pasar yang kini terancam sulit diakses akibat kebijakan Deforestasi Uni Eropa atau EUDR. Pasar yang dimaksud adalah Spanyol, Belanda, dan Italia.
Ketiga negara tersebut menyerap CPO lokal sejumlah 1,44 juta ton atau berkontribusi sebesar 5,06% dari total ekspor CPO tahun lalu. Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit mendata kontribusi ekspor ke Uni Eropa dari total ekspor sekitar 12% pada tahun lalu.
Berdasarkan data Gapki, kontribusi ekspor CPO dan turunannya ke Uni Eropa hanya 8,12% atau 275.000 ton per Juni 2024. Angka tersebut lebih rendah 12,97% dari capaian Mei 2024 sekitar 316.000 ton.
"Kontribusi volume ekspor ke Uni Eropa pernah 20%, tapi sekarang hanya sekitar 12% per tahun. Jadi, kami melihat pasar Eropa tidak lagi strategis," kata Ketua Bidang Kampanye Positif Gapki Edi Suhardi, Kamis (29/8).
Edi pun mendorong pemerintah untuk memfasilitasi promosi CPO lokal di pasar non tradisional, seperti negara-negara di Afrika, Timur Tengah, dan Asia Selatan. Edi menyarankan agar pemerintah membangun kesadaran baru agar eksportir fokus menyasar pasar-pasar non tradisional.
"Walaupun pasar Eropa secara ekonomi sudah tidak signifikan, eksportir lokal masih memperitmbangkan Eropa karena punya standar yang tinggi, tapi sebenarnya mereka mendorong aturan yang tidak masuk akal," katanya