Deret Fakta Rencana KCI Akan Tutup Stasiun Karet pada April 2025


PT Kereta Commuter Indonesia (KCI) akan menutup Stasiun Karet dengan menetapkan kereta tidak berhenti di stasiun itu dan penumpang tidak bisa naik maupun turun mulai April 2025. Menteri Perhubungan Dudy Purwagandhi mengatakan pemerintah tidak akan menelantarkan Stasiun Karet pada April 2025.
Penumpang yang biasa naik maupun turun kereta di Stasiun Karet akan diarahkanke Stasiun BNI City mulai April 2025. Oleh karena itu, Dudy berencana untuk menghubungkan Stasiun Karet dan Stasiun BNI City dalam waktu dekat.
"Dengan demikian, pengguna kereta commuter bisa tetap keluar-masuk Stasiun BNI City lewat Stasiun Karet. Kami akan bangun jalan yang menghubungkan kedua stasiun tersebut," kata Dudy di Gedung DPR, Kamis (13/2).
PT KCI menyatakan telah merancang konsep ruang publik di Stasiun BNI City. Area tersebut akan dilengkapi gerai jajanan dan fasilitas ramah pejalan kaki.
Adapun proses integrasi tiga stasiun, yakni Stasiun Karet, Stasiun BNI City, dan Stasiun Sudirman, telah dilakukan sejak 2020. Saat ini, PT KCI telah merampungkan pemasangan kanopi di ujung barat Stasiun BNI City.
"Stasiun Karet tidak akan jadi fasilitas mangkrak," ujarnya.
Berikut beberapa fakta terkait rencana penutupan Stasiun Karet:
1. Penutupan Stasiun Karet akan pangkas waktu tempuh kereta bandara
VP Corporate Secretary KAI Commuter Joni Martinus mengatakan integrasi operasional Stasiun Karet dan BNI City dapat memangkas waktu perjalanan kereta bandara, dari 56 menit menjadi 40 menit, dengan keberangkatan awal dari Stasiun Manggarai.
“Dengan integrasi moda transportasi yang bermuara di Stasiun BNI City, penumpang diharapkan dapat menghemat waktu lebih banyak sehingga bisa sampai ke bandara tepat waktu," kata Joni ketika dihubungi ANTARA dari Jakarta, Jumat.
Kereta bandara diharapkan bisa menjadi pendukung ekosistem konektivitas ke Bandara Soekarno-Hatta dari dan menuju pusat kota Jakarta.
Sesuai data yang terangkum, kata dia, dari sekitar 56 juta penumpang Bandara Soekarno-Hatta setiap tahunnya, dalam setahun terakhir (2024), sudah tercatat sekitar 1,5 juta orang yang menuju bandara menggunakan Commuter Line Basoetta.
“Dengan peningkatan layanan Commuter Line Basoetta ini ditargetkan akan melayani sekitar 20 persen atau 10 juta orang dari total pengguna pesawat di Bandara Soekarno-Hatta," ucap Joni.
2. Stasiun Karet dinilai sudah tidak layak.
KCI juga menilai keberadaan Stasiun Karet dinilai sudah tidak layak. Berdasarkan data KCI, dalam satu jam pengguna Commuter Line yang masuk ke Stasiun Karet mencapai hampir dua ribu penumpang, dengan waktu tunggu pemberangkatan selama 10 menit.
Sehingga, membutuhkan kapasitas ruang tunggu sebanyak 330 orang. Padahal, hall Stasiun Karet hanya dapat menampung sekitar 150 orang, yang dinilai menimbulkan risiko terhadap keselamatan pengguna.
“Belum lagi akses menuju pintu masuk Stasiun Karet rentan memicu kemacetan lantaran berada dekat perlintasan sebidang,” kata VP Corporate Secretary KAI Commuter Joni Martinus.
“Belum lagi akses menuju pintu masuk Stasiun Karet rentan memicu kemacetan lantaran berada dekat perlintasan sebidang,” kata dia.
Sedangkan, apabila Stasiun Karet digabung dengan BNI City, Joni meyakini para penumpang dapat menikmati fasilitas dan layanan yang optimal dengan keamanan yang terjamin.
3. Pemerintah bakal bangun Stasiun Tanah Abang Baru
Kementerian perhubungan sedang membangu Stasiun Tanah Abang Baru yang berlokasi sekitar 500 meter dari Stasiun Tanah Abang. Stasiun yang mulai dibangun pada 2023 tersebut bertujuan untuk mengurai kepadatan di Stasiun Tanah Abang.
Dudy menargetkan Stasiun Tanah Abang Baru dapat beroperasi sebelum Hari Raya Idul Fitri 2025. Sebab, perkembangan konstruksi stasiun tersebut kini telah mendekati 90% .
"Mudah-mudahan sebelum Lebaran 2025 sudah bisa beroperasi. Kalau saya yang jadi kontraktornya, konstruksi Stasiun Tanah Abang Baru selesai besok," ujarnya.
4. Para penumpang protes rencana penutupan Stasiun Karet
Para pengguna kereta rel listrik (KRL) Commuter Line menolak rencana penutupan Stasiun Karet, Jakarta, khususnya mereka yang rutin menggunakan stasiun tersebut untuk mobilitas sehari-hari.
“Saya akan kesulitan. Walaupun ke Sudirman atau BNI City tidak terlalu jauh, tetap saja stasiun ini vital,” ujar salah satu pengguna setia kereta rel listrik yang turun di Stasiun Karet, Eka (26), dikutip dari Antara.
Eka mengatakan fungsi stasiun tidak semata-mata soal jarak, tetapi ada peran penting lainnya yang mungkin terabaikan jika penutupan dilakukan tanpa kajian mendalam.
“Saya berharap penutupan ini ditinjau ulang. Harus dihitung lebih banyak, manfaat atau kerugiannya,” kata dia.
Salma (54) juga menyatakan penolakan lantaran merupakan pengguna setia stasiun yang jadi pusat (hub) kawasan Karet, Bendungan Hilir, Pejompongan dan kawasan sekitar Tanah Abang.
“Stasiun ini mungkin angkanya tidak besar, tapi bagi kami yang bergantung, keputusannya sangat berat,” kata dia.
Tidak hanya kepada pengguna kereta, rencana ini juga berdampak pada para pedagang kecil yang mencari nafkah di sekitar stasiun.