Panasonic akan PHK 10.000 Karyawan Global, Fokus ke Energi dan Data Center
Panasonic Holdings Corp. mengumumkan akan melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) besar-besaran tahun ini. Jumlahnya ditaksir mencapai 10.000 pekerja secara global, setara lebih dari 4% dari total tenaga kerja perusahaan itu.
Melansir dari Bloomberg, langkah PHK ini diambil Panasonic sebagai upaya memperkuat profitabilitas dan mengalihkan fokus ke sektor-sektor yang lebih potensial dalam jangka panjang.
Pemangkasan ini akan dilakukan secara bertahap dari Jepang (5.000 karyawan) hingga cabang-cabang internasional (5.000 karyawan).
Proses PHK akan berlangsung sebagian besar sepanjang tahun ini hingga Maret tahun depan. Biaya restrukturisasinya diperkirakan mencapai ¥130 miliar atau setara Rp 14,7 triliun (kurs Rp113 per JPY).
CEO Panasonic Yuki Kusumi menyampaikan permintaan maaf kepada para karyawan yang bakal terdampak. Namun ia menekankan urgensi langkah ini demi menjaga daya saing perusahaan dalam satu hingga dua dekade ke depan.
“Saya benar-benar minta maaf,” ujar Kusumi, dikutip dari Bloomberg, Jumat (9/5), “[Tetapi] jika kita tidak melakukan pemotongan drastis pada struktur biaya tetap, kita tidak akan bisa mengejar pertumbuhan lagi.”
Panasonic, perusahaan berusia 107 tahun yang berbasis di Osaka, berencana mengalihkan fokusnya ke sektor pembangkit listrik hemat energi, penyimpanan daya, serta dukungan untuk pusat data. Sementara bisnis baterai kendaraan listrik (EV) dan peralatan rumah tangga tetap menjadi pilar utama.
Meski menghadapi tekanan dari perlambatan permintaan EV global, Panasonic mencatat pertumbuhan laba hingga 74% pada kuartal-I 2025.
Namun, penurunan penjualan di segmen energi kendaraan terus berlanjut. Perusahaan menargetkan laba bersih ¥310 miliar atau setara Rp 35,2 triliun untuk tahun ini, di bawah estimasi analis sebesar ¥357 miliar atau Rp 40,6 triliun. Proyeksi ini belum memperhitungkan potensi dampak dari tarif tambahan AS.
Panasonic telah memperluas produksinya di AS, termasuk melalui peningkatan kapasitas di Kansas dan keberlanjutan proyek Gigafactory di Nevada.
Sejak awal tahun, saham Panasonic tercatat hanya menguat sekitar 5%, tertekan oleh kekhawatiran terhadap melambatnya penjualan EV dan ketidakpastian geopolitik yang memengaruhi rantai pasok global.
