Menko Zulhas: Program E10 Bisa Dongkrak Harga Singkong hingga Rp 1.500 per Kg
Menteri Koordinator Bidang Pangan Zulkifli Hasan (Zulhas) mengatakan program mandatory etanol E10 bisa mendongkrak harga singkong hingga Rp 1.500 per kg. Dua komoditas utama yang akan menjadi bahan baku pembuatan etanol dalam program ini adalah tebu dan singkong.
Sebagai informasi, program mandatory E10 akan mewajibkan produsen bahan bakar minyak mencampurkan etanol sebanyak 10% dari total produksi. Zulhas menilai, peningkatan produksi singkong menjadi hal penting agar target program E10 dapat dipenuhi selama pemerintahan Prabowo-Gibran.
“Program E10 akan menciptakan permintaan untuk singkong dan tebu, karena masyarakat mengonsumsi bensin setiap hari. Peningkatan permintaan ini akhirnya akan menggenjot harga singkong menjadi setidaknya Rp 1.500 per kilogram,” kata Zulhas di kantornya, Selasa (21/10).
Untuk diketahui, harga singkong pada paruh pertama tahun ini sempat jatuh di bawah Rp 1.000 per kilogram. Kementerian Pertanian kemudian menetapkan harga pembelian singkong petani minimal Rp 1.350 per kilogram pada bulan lalu.
Dengan demikian, program E10 berpotensi mendorong harga singkong di pasar sekitar 11% di atas harga acuan pemerintah saat ini. Zulhas memperkirakan pembuatan satu liter etanol membutuhkan sekitar enam kilogram singkong.
Angka tersebut lebih tinggi dibandingkan rasio produksi etanol dari tebu yang sebesar 1:4. Karena itu, Zulhas menghitung petani singkong dapat meraup keuntungan hingga Rp 80 juta per hektare.
Tanggapan Menteri Amran
Menteri Pertanian Amran Sulaiman menyatakan akan menambah luas tanam singkong hingga 1 juta hektare dan tebu sekitar 500 ribu hektare. “Namun, realisasi rencana ini tergantung Menteri Agraria dan Tata Ruang Nusron Wahid. Kalau tanahnya ada, kami siap tanam,” ujarnya.
Amran belum menjelaskan lebih lanjut mengenai skema pemenuhan kebutuhan etanol dari singkong. Namun ia memastikan pemenuhan etanol dari tebu akan menyesuaikan pasokan dan harga gula di dalam negeri.
Sebagai catatan, pabrik penggilingan tebu menghasilkan dua produk, yakni gula dan molases. Molases merupakan bahan baku etanol yang diproses melalui fermentasi.
“Jika harga gula naik, hasil tebu dari perluasan tanam akan diolah menjadi gula. Sebaliknya, jika harga gula rendah, hasil olahan tebu akan digunakan untuk membuat etanol,” kata Amran.
Menghitung Kebutuhan Pupuk
Direktur Utama PT Pupuk Indonesia Rahmad Pribadi menyatakan pihaknya sedang menghitung kebutuhan pupuk untuk perluasan area tanam singkong dan tebu pada tahun depan. Menurutnya, perusahaan telah mengalokasikan kebutuhan pupuk untuk dua komoditas itu sejak tahun ini.
Rahmad menjelaskan, jenis pupuk yang dibutuhkan berbeda: pupuk ZA untuk tebu dan NPK untuk singkong. Kendati demikian, ia meyakini penambahan produksi pupuk guna memenuhi perluasan lahan tanam dapat dilakukan.
“Dari sisi kapasitas, masih banyak fasilitas produksi yang bisa dialihkan untuk kebutuhan singkong dan tebu,” ujar Rahmad.
