Pulih dari Corona, PM Inggris Boris Johnson Bakal Kembali Bekerja
Perdana Menteri Inggris Boris Johnson berencana untuk kembali bekerja pada Senin pekan depan, setelah dikabarkan pulih dari inefeksi virus covid-19. Dia telah meminta kepada ajudannya untuk menjadwalkan pertemuan dengan para menteri kabinet minggu depan untuk mengambil kendali penanganan krisis virus corona di negaranya.
Dilansir dari The Telegraph, Boris akan kembali bekerja di saat kebijakan lockdown atau karantina wilayah di Negeri Ratu Elisabeth berjalan lebih dari sebulan. Para menteri senior Kabinet khawatir penutupan yang berkepanjangan akan menyebabkan puluhan ribu perusahaan tutup hingga menimbulkan kerusakan ekonomi.
Di Inggris perusahaan mulai tampak beroperasi, ditambah angka penggunaan mobil yang meningkat. Ini menunjukkan pelaku usaha dan masyarakat mulai bosan dengan lockdown.
(Baca: Gejala Covid-19 Memburuk, PM Inggris Boris Johnson Dipindahkan ke ICU)
Boris Johnson dirawat di Rumah Sakit St Thomas sejak 5 April 2020. Ia sebelumnya menjalani isolasi mandiri dirumah setelah dinyatakan positif virus corona.
Namun, kondisi Johnson dikabarkan memburuk dan dipindahkahkan ke unit perawatan intenstif pada 7 April 2020. "Sepanjang siang ini, kondisi Perdana Menteri memburuk dan, atas saran tim medisnya, dia telah dipindahkan ke Unit Perawatan Intensif di rumah sakit," kata Juru Bicara Pemerintah Inggris.
Ia menjelaskan Johnson tetap sadar dan telah dipindahkan ke unit perawatan intensif sebagai tindakan pencegahan, jika membutuhkan ventilator. Langkah ini sangat kontras dengan laporan sebelumnya tentang kondisi Johnson yang disebutkan mengalami gejala ringan dan melakukan rawat inap sebagai pencegahan.
(Baca: Setelah Pangeran Charles, PM Inggris Boris Johnson Positif Corona)
Inggris saat ini masuk dalam 10 negara yang memiliki kasus positif virus corona terbesar. Lebih dari 130 ribu orang di Inggris terjangkat pandemi ini dan sekitar 18.700 orang telah meninggal dunia. Hingga hari ini, jumlah kasus Covid-19 di seluruh dunia telah mencapai 2,7 juta kasus, dengan total angka kematian 190 ribu orang dan 745 ribu orang berhasil sembuh.
Daftar negara dengan jumlah kasus terbanyak secara perinci dapat dilihat dalam databoks di bawah ini.