Militer Ukraina Lantunkan Selawat Nabi untuk Festival Idul Fitri
Paduan suara militer Ukraina menyampaikan ucapan selamat Idul Fitri kepada seluruh warga muslim di negara itu dan di seluruh dunia. Selain ucapan selamat Lebaran, Kementerian Pertahanan Ukraina juga menyampaikan terima kasih kepada kaum muslim Ukraina yang ikut berjuang mempertahankan integritas wilayah negaranya.
Dalam video yang diunggah Kementerian Pertahanan Ukraina di akun Twitter resminya pada Minggu (1/5), kelompok paduan suara militer yang mengenakan baju dinas hijau itu juga menyanyikan selawat -- lantunan pujian dan doa untuk Nabi Muhammad.
"Para Muslim Ukraina yang tersayang, para aparat pemerintah dan warga sipil lainnya, serta seluruh mitra kami dari negara lain! Angkatan Bersenjata Ukraina mengucapkan selamat untuk Ramadan ini dan terima kasih yang sebesar-besarnya atas aksi kalian untuk mengembalikan integritas wilayah Ukraina," demikian unggahan Kementerian Pertahanan Ukraina.
Dear Muslims of #Ukraine, servicemen and civilians, as well as our partners from other countries!
The Armed Forces of Ukraine congratulate you on #Ramadan and sincerely thank you for your joint actions to restore the territorial integrity of Ukraine! pic.twitter.com/BvYwhQPCVn— ArmyInform (@armyinformcomua) May 1, 2022
Ukraina terus berada dalam tekanan Rusia yang mengerahkan kekuatan militernya dalam invasi masif sejak 24 Februari lalu. Banyak kota di Ukraina yang porak-poranda dihantam misil dan bom tentara Rusia. Lebih dari 2.500 warga Ukraina dilaporkan tewas akibat invasi Rusia. Sementara itu, diperkirakan lebih dari 11 juta penduduk Ukraina terpaksa meninggalkan rumah mereka untuk mencari tempat yang lebih aman, termasuk ke negara-negara tetangga yang dekat dengan wilayah Uni Eropa.
Kaum muslim Ukraina, dengan populasi sekitar satu persen dari jumlah penduduk Ukraina yang mencapai 43 juta jiwa, juga menjadi korban. Mereka bahkan menjalani ibadah puasa di tengah ancaman perang dan agresi militer Rusia.
Mereka bergabung bersama para pasukan Ukraina di garis depan dan menyediakan bantuan kemanusiaan. "Kami memang minoritas di sini, tapi kami adalah bagian negeri ini. Kami harus melakukan sesuatu," kata Imam Pusat Kebudayaan Islam Lviv, Murad Suleimanov, seperti dilaporkan The Washington Post, Kamis (28/4).
Selain hidup dalam ancaman perang, kaum Muslim Ukraina juga menghadapi dilema setelah kelompok bersenjata Muslim Cechnya mendukung invasi Rusia. Presiden Republik Cechnya dan juga Panglima Militer Checnya, Ramzan Kadyrov, dikenal sebagai tokoh yang mendukung kebijakan Presiden Vladimir Putin melancarkan serangan ke Ukraina.
Sebagian besar Muslim di Ukraina adalah warga Tatar yang dideportasi pemerintah Uni Soviet pada 1944 ke Krimea. Ketika Rusia mencaplok Semenanjung Krimea pada 2014, warga Muslim Ukraina pergi menyelamatkan diri ke wilayah lain di negara itu. Mereka bergabung dengan komunitas-komunitas lain.
Meski masih menghadapi isu stereotipe dan perisakan, Muslim Ukraina menyatakan mereka lebih menikmati kebebasan beragama di negeri itu ketimbang di Rusia. Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky, bahkan menetapkan dua hari raya umat Muslim, Idul Fitri dan Idul Adha, sebagai hari libur nasional pada 2020.
Suleimanov mengatakan masih ada sejumlah penghalang dan tidak setiap orang mendukung kaum Muslim Ukraina. "Kami harus tetap berusaha agar masyarakat bisa menerima Muslim dan melihat kami sebagai bagian dari komunitas," katanya.