Israel Akan Mulai Serangan Darat, Ingatkan Warga Sipil Tinggalkan Gaza
Tentara Israel telah memerintahkan evakuasi semua warga sipil yang tinggal di Kota Gaza dan di utara Jalur Gaza menjelang serangan darat yang dikhawatirkan terjadi di daerah tersebut. PBB memperingatkan bahwa ‘gerakan seperti itu tidak mungkin terjadi tanpa konsekuensi kemanusiaan yang buruk.
Perintah tersebut dikeluarkan pada Jumat (14/10). PBB menyatakan menerima peringatan dari Israel untuk mengevakuasi 1,1 juta orang yang tinggal di utara Gaza dalam waktu 24 jam.
Peringatan tersebut dikeluarkan pada hari ketujuh konflik Israel-Palestina, setelah serangan kelompok Hamas yang menewaskan ratusan warga Israel. Israel membalas serangan tersebut dengan menjatuhkan 6.000 bom dan menuduh kelompok Hamas bersembunyi di terowongan di bawah Kota Gaza.
“Evakuasi ini demi keselamatan Anda sendiri,” kata militer Israel, dalam sebuah peringatan yang dikirimkan kepada warga sipil Kota Gaza, seperti dikutip dari Al Jazeera.
“Anda akan dapat kembali ke Kota Gaza hanya jika ada pengumuman lain yang mengizinkannya. Jangan mendekati area pagar keamanan Negara Israel,” tambahnya dalam sebuah pernyataan.
Laporan tersebut memperingatkan bahwa “di hari-hari berikutnya”, tentara Israel “akan terus beroperasi secara signifikan di Kota Gaza dan melakukan upaya ekstensif untuk menghindari kerugian terhadap warga sipil”.
Lebih dari 1.500 orang telah tewas dalam pemboman Israel yang tiada henti di Gaza selama sepekan. Di sisi lain, 1.300 orang Israel tewas akibat penyerangan kelompok Hamas pada 7 Oktober.
"Hukuman Mati" Bagi Pasien RS
Sementara itu, organisasi kesehatan dunia (WHO) memperingatkan bahwa perintah evakuasi Israel ke Gaza sama dengan “hukuman mati” bagi pasien rumah sakit yang rentan.
Juru bicara WHO Tarik Jasarevic mengatakan otoritas kesehatan di Gaza telah menyarankan bahwa tidak mungkin mengevakuasi pasien rumah sakit yang rentan dalam waktu 24 jam seperti yang diperintahkan oleh militer Israel.
“Ada orang-orang yang sakit parah dan cederanya berarti satu-satunya peluang mereka untuk bertahan hidup adalah dengan menggunakan alat bantu hidup, seperti ventilator mekanik,” kata Jasarevic dikutip dari Al Jazeera.
“Jadi memindahkan orang-orang itu adalah hukuman mati. Meminta petugas kesehatan untuk melakukan hal tersebut adalah tindakan yang sangat kejam,” ujarnya lagi.
Jasarevic mengatakan rumah sakit hanya mendapat aliran listrik beberapa jam setiap hari dan terpaksa bergantung pada generator untuk menjalankan fungsi-fungsi penting, dimana pasien di unit perawatan intensif dan bayi baru lahir termasuk yang paling rentan.
“Waktu hampir habis untuk mencegah bencana kemanusiaan, jika bahan bakar, air, makanan dan pasokan kesehatan dan kemanusiaan yang menyelamatkan nyawa tidak dapat segera dikirim ke Jalur Gaza di tengah blokade total,” katanya.
WHO telah memperingatkan bahwa rumah sakit di Gaza berada pada “titik puncaknya” dan menyerukan koridor kemanusiaan untuk mengizinkan masuknya petugas kesehatan dan memfasilitasi evakuasi orang yang sakit dan terluka.
Diplomat utama Uni Eropa Josep Borrell menggambarkan arahan Israel “sama sekali tidak realistis”.
Hamas, yang menjalankan Jalur Gaza, telah meminta warganya untuk mengabaikan perintah Israel, dan menggambarkannya sebagai “propaganda palsu”.