Indonesia Kecam Rencana Israel Mengusir Warga Palestina dari Gaza
Indonesia mendesak masyarakat internasional untuk mencegah rencana Israel mengusir warga Palestina dari Gaza, dan pembangunan permukiman Yahudi di wilayah yang terkepung.
Mengutip Arab News, Menteri Keamanan Nasional Israel Itamar Ben Gvir dan Menteri Keuangan Bezalel Smotrich telah berulang kali menyerukan emigrasi 2,3 juta warga Palestina dari Gaza.
Awal pekan ini, Ben Gvir mengatakan bahwa perang di Gaza memberikan peluang untuk berkonsentrasi mendorong migrasi penduduk Gaza, yang menurutnya merupakan solusi yang benar, adil, bermoral dan manusiawi.
Pada saat yang sama, Smotrich mengatakan bahwa Israel akan secara permanen mengontrol wilayah Jalur Gaza, dan mendesak pemindahan penduduk Gaza ke negara-negara yang setuju menerima para pengungsi.
Pernyataan tersebut memicu kemarahan internasional, karena pemindahan paksa warga sipil dari wilayah pendudukan dilarang berdasarkan Konvensi Jenewa dan dapat dituntut sebagai kejahatan perang.
Kementerian Luar Negeri Indonesia bereaksi keras, dengan mengatakan bahwa rencana Israel tersebut mengabaikan hak-hak rakyat Palestina dan melanggar hukum internasional.
"Indonesia mengutuk dan menolak pernyataan dua menteri Israel yang menyerukan pemindahan warga Gaza, serta pembangunan pemukiman Yahudi di Gaza. Komunitas internasional harus mencegah agenda ini menjadi kenyataan," kata Menteri Luar Negeri Retno Marsudi, dikutip dari Arab News, Minggu (7/1).
Sementara itu, pemboman tanpa henti yang dilakukan Israel terhadap Gaza selama tiga bulan terakhir telah menghancurkan atau merusak sekitar 70% rumah di Gaza. Sebagian besar infrastruktur air, listrik, dan layanan kesehatan yang membuat wilayah tersebut berfungsi, kini sudah tidak dapat diperbaiki lagi.
Pada Jumat (5/1), kepala kemanusiaan PBB Martin Griffiths mengatakan, bahwa Gaza menjadi tidak dapat dihuni. Hal ini ia utarakan usai menerima laporan mengenai bencana kelaparan dan ancaman kesehatan yang dialami warga Palestina di Gaza.
"Fasilitas medis terus-menerus diserang. Beberapa rumah sakit yang hanya berfungsi sebagian kewalahan dengan kasus trauma, kekurangan pasokan, dan dibanjiri oleh orang-orang yang putus asa mencari keselamatan," ujarnya.