PBB: Seperempat Penduduk Gaza Terancam Kelaparan

Hari Widowati
28 Februari 2024, 15:25
Seorang pejabat senior bantuan PBB mengatakan 576.000 penduduk Gaza terancam mengalami kelaparan akibat bantuan kemanusiaan diblokir oleh Israel.
ANTARA FOTO/Didik Suhartono/foc.
Seorang pejabat senior bantuan PBB mengatakan 576.000 penduduk Gaza terancam mengalami kelaparan akibat bantuan kemanusiaan diblokir oleh Israel.
Button AI SummarizeMembuat ringkasan dengan AI

Sedikitnya 576.000 orang di Jalur Gaza atau seperempat dari populasi terancam mengalami kelaparan. Seorang pejabat senior bantuan PBB mengatakan kepada Dewan Keamanan bahwa kelaparan yang meluas menjadi hampir tak terelakkan jika dunia tidak mengambil tindakan.

"Sangat sedikit yang bisa dilakukan selama permusuhan terus berlanjut dan sementara ada risiko bahwa mereka akan menyebar ke daerah-daerah yang penuh sesak di selatan Gaza. Oleh karena itu, kami mengulangi seruan kami untuk melakukan gencatan senjata," kata Ramesh Rajasingham, Direktur Koordinasi Kantor Koordinasi Urusan Kemanusiaan PBB, seperti dikutip Reuters, Rabu (28/2).

Satu dari enam anak di bawah usia 2 tahun di Gaza utara menderita malnutrisi akut dan kekurangan gizi. Sementara itu, hampir 2,3 juta orang di daerah kantong Palestina tersebut bergantung pada bantuan makanan yang "sangat tidak memadai" untuk bertahan hidup.

Rajasingham mengatakan bahwa PBB dan kelompok-kelompok bantuan menghadapi banyak hambatan hanya untuk memasukkan sedikit pasokan makanan ke Gaza. Ini termasuk penutupan penyeberangan, pembatasan pergerakan dan komunikasi, prosedur pemeriksaan yang berat, kerusuhan, jalan yang rusak dan persenjataan yang belum meledak.

"Israel berkomitmen untuk memperbaiki situasi kemanusiaan di Gaza," kata Wakil Duta Besar Israel untuk PBB Jonathan Miller. Ia menambahkan bahwa keterbatasan jumlah dan kecepatan bantuan tergantung pada kapasitas PBB dan lembaga-lembaga lainnya.

"Israel telah jelas dalam kebijakannya. Sama sekali tidak ada batasan, dan saya ulangi, tidak ada batasan jumlah bantuan kemanusiaan yang dapat dikirim ke penduduk sipil Gaza," kata Miller kepada Dewan Keamanan.

AS Desak Israel Buka Perbatasan untuk Bantuan Kemanusiaan

Amerika Serikat (AS) mendesak sekutunya, Israel, untuk tetap membuka penyeberangan perbatasan bagi pengiriman bantuan kemanusiaan ke Gaza dan memfasilitasi pembukaan lebih banyak lagi penyeberangan. Hal ini diungkapkan Wakil Duta Besar AS untuk PBB Robert Wood kepada Dewan Keamanan.

"Sederhananya, Israel harus berbuat lebih banyak. Kami terus menyerukan kepada Israel untuk meningkatkan prosedur dekonfliksi untuk memastikan bantuan dapat bergerak dengan aman dan terjamin," kata Wood.

"Program Pangan Dunia (WFP) siap untuk memperluas dan meningkatkan operasi kami dengan cepat jika ada kesepakatan gencatan senjata," kata Wakil Direktur Eksekutif WFP Carl Skau kepada Dewan Keamanan.

Sementara itu, risiko kelaparan dipicu oleh ketidakmampuan untuk membawa pasokan makanan penting ke Gaza dalam jumlah yang cukup. "Staf kami di lapangan juga menghadapi kondisi operasi yang hampir tidak mungkin," kata Skau.

Perang di Gaza dimulai ketika para pejuang Hamas menyerang Israel pada 7 Oktober, menewaskan sekitar 1.200 orang dan menyandera 253 sandera, menurut perhitungan Israel. Sementara itu, otoritas kesehatan di Gaza menyebut kampanye udara dan darat Israel di Gaza telah menewaskan sekitar 30.000 warga Palestina.

"Kelaparan sebagai metode perang adalah ilegal dan Guyana mengutuk mereka yang dengan sengaja menggunakan hal ini sebagai alat untuk melawan penduduk di Gaza," ujar Duta Besar Guyana untuk PBB Carolyn Rodrigues-Birkett kepada dewan yang beranggotakan 15 negara tersebut.

Kampanye Israel di Gaza merupakan hukuman kolektif bagi rakyat sipil Palestina. "Sikap diam kita memberikan izin untuk membunuh dan membuat penduduk Palestina kelaparan," ujar Duta Besar Aljazair untuk PBB Amar Bendjama.

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...