Menteri Israel Menyerukan untuk 'Melenyapkan' Bulan Ramadan
Seorang menteri ekstremis Israel menyerukan untuk "menghapuskan" bulan Ramadan dan mengabaikan ketegangan di Tepi Barat dan Yerusalem Timur selama bulan suci tersebut.
"Apa yang disebut bulan Ramadan harus dimusnahkan, dan ketakutan kita terhadap bulan ini juga harus dimusnahkan," ujar Menteri Warisan Israel Amichai Eliyahu kepada Radio Angkatan Darat Israel, pada Jumat (1/3), seperti dikutip kantor berita Anadolu.
Politisi sayap kanan ini adalah seorang menteri dari partai Otzma Yehudit yang dipimpin oleh Menteri Keamanan Nasional Itamar Ben Gvir.
Pada November lalu, Eliyahu mengatakan bahwa menjatuhkan "bom nuklir" di Jalur Gaza adalah "sebuah pilihan."
Baru-baru ini, bocoran keamanan Israel mengindikasikan kekhawatiran akan meletusnya situasi di Tepi Barat yang diduduki dan Yerusalem Timur selama bulan Ramadan sebagai akibat dari perang Israel di Gaza dan pembatasan yang ingin diberlakukan pemerintah Tel Aviv terhadap Masjid Al-Aqsa selama bulan Ramadan.
Media Israel mengatakan bahwa pemerintah Amerika Serikat menekan Tel Aviv untuk mencapai kesepakatan dengan Hamas terkait pertukaran sandera dan gencatan senjata di Gaza sebelum bulan Ramadan.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan bahwa masih terlalu dini untuk mengatakan bahwa Tel Aviv telah mencapai kesepakatan mengenai pertukaran tawanan dengan Hamas.
Ketika pembicaraan mengenai kesepakatan pembebasan sandera berlanjut dengan mediasi dari AS, Qatar dan Mesir, Presiden AS Joe Biden mengatakan bahwa Israel akan menghentikan perangnya terhadap Gaza selama bulan suci Ramadan jika kesepakatan tercapai.
Kelompok Hamas Palestina, yang diduga menyandera lebih dari 130 sandera Israel, menuntut diakhirinya serangan Israel ke Gaza sebagai imbalan atas kesepakatan pembebasan sandera.
Kesepakatan sebelumnya pada November 2023 menyaksikan pembebasan 81 warga Israel dan 24 orang asing dengan imbalan 240 warga Palestina, termasuk 71 wanita dan 169 anak-anak.
Israel telah melancarkan serangan militer mematikan di Jalur Gaza sejak serangan Hamas pada 7 Oktober 2023. Setidaknya 30.035 warga Palestina telah terbunuh dan 70.457 lainnya terluka di tengah-tengah kehancuran massal dan kekurangan bantuan makanan.
Israel juga memberlakukan blokade yang melumpuhkan Jalur Gaza. Hal ini menyebabkan penduduk Gaza, terutama penduduk Gaza utara, berada di ambang kelaparan.
Perang Israel telah mendorong 85% penduduk Gaza mengungsi di tengah kekurangan makanan, air bersih dan obat-obatan. Sementara itu, PBB menyebutkan 60% infrastruktur di daerah kantong tersebut telah rusak atau hancur.
Mahkamah Internasional menuduh Israel melakukan genosida terhadap warga Palestina. Keputusan sementara pada bulan Januari lalu memerintahkan Tel Aviv untuk menghentikan tindakan genosida dan mengambil langkah-langkah untuk menjamin bahwa bantuan kemanusiaan diberikan kepada warga sipil di Gaza.