Israel Tarik Mundur Tentara dari Gaza, Siap Negosiasi Gencatan Senjata
Pemerintah Israel mengklaim telah menarik mundur pasukannya dari Jalur Gaza, Palestina, dan hanya menyisakan satu brigade tempur. Israel dan Hamas dilaporkan tengah bersiap untuk memulai perundingan baru untuk gencatan senjata yang akan dipimpin oleh Mesir.
Israel mengatakan telah mengurangi jumlah pasukannya di Gaza sejak awal tahun ini di tengah tekanan yang semakin besar dari Washington untuk memperbaiki situasi kemanusiaan, terutama setelah pembunuhan tujuh pekerja bantuan pada pekan lalu.
Juru bicara militer Israel tidak memberikan rincian mengenai alasan penarikan tentara. Namun menteri pertahanan Yoav Gallant mengatakan pasukannya akan bersiap untuk operasi di Gaza berikutnya di masa mendatang.
Baik Israel maupun Hamas membenarkan bahwa mereka mengirimkan delegasi ke Mesir. Hamas menginginkan kesepakatan apapun untuk mengakhiri perang dan penarikan tentara Israel. Sedangkan Israel berjanji akan menghancurkan Hamas setelah gencatan senjata.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan tidak akan ada kesepakatan tanpa pembebasan sandera dan dia tidak akan menyerah pada tekanan internasional. Hamas mengatakan perjanjian itu harus mencakup kebebasan bergerak warga di seluruh Jalur Gaza.
Lebih dari 250 sandera ditangkap dan sekitar 1.200 orang tewas dalam serangan Hamas pada 7 Oktober, menurut penghitungan Israel. Lebih dari 33.100 warga Palestina telah tewas dalam serangan Israel, menurut kementerian kesehatan di Gaza.
Sekitar 130 sandera masih ditahan di Gaza. Ketika ditanya tentang penarikan pasukan dari daerah kantong tersebut, Kepala Staf Umum Israel Herzi Halevi mengatakan kepada wartawan bahwa militer sedang menyesuaikan metodenya dengan perang yang telah dan akan berlangsung lama.
Gallant mengatakan Israel akan melanjutkan perang sampai Hamas tidak lagi menguasai Gaza atau mengancam Israel sebagai kelompok militer.
“Pasukan keluar dan bersiap untuk misi berikutnya,” kata Gallant pada pertemuan dengan para pejabat militer, seperti dikutip Reuters, Senin (8/4), dan “juga misi mereka yang akan datang di wilayah Rafah”.
Asa Penduduk Palestina
Israel mengatakan serangan ke wilayah Rafah, dekat perbatasan dengan Mesir, diperlukan untuk melenyapkan Hamas. Namun banyak negara yang khawatir mengatakan serangan tersebut dapat menimbulkan korban jiwa sipil, karena lebih dari satu juta orang berlindung di sana.
Penduduk Palestina di kota Khan Younis di Gaza selatan, yang menjadi sasaran pemboman Israel dalam beberapa bulan terakhir, mengatakan mereka telah melihat pasukan Israel meninggalkan pusat kota dan mundur ke distrik timur.
Petugas medis mengatakan mereka menemukan setidaknya 12 mayat warga Palestina di daerah tersebut. Beberapa warga Khan Younis yang selama ini berlindung di Rafah mulai kembali ke lingkungannya setelah pasukan Israel pergi.
“Tampaknya pada akhirnya ini akan menjadi Idul Fitri yang membahagiakan,” kata Imad Joudat, 55, yang tinggal bersama delapan anggota keluarganya di sebuah tenda di Rafah.
“Pendudukan menarik pasukan dari Khan Younis, Amerika memberikan tekanan setelah beberapa orang asing terbunuh dan Mesir mengadakan serangan besar-besaran dengan Amerika, Israel, Hamas dan Qatar. Kali ini kami penuh harapan,” kata Joudat.
Israel mendapat tekanan yang semakin besar dari Amerika Serikat, dimana Presiden Joe Biden menuntut agar Israel memperbaiki kondisi kemanusiaan di Gaza dan mengupayakan gencatan senjata, dan mengatakan bahwa dukungan AS dapat bergantung pada hal tersebut.
Ini adalah pertama kalinya Biden, seorang pendukung setia Israel, berupaya memanfaatkan dukungan AS untuk mempengaruhi perilaku militer Israel. AS adalah pemasok utama senjata ke Israel.
Biden juga mendesak para pemimpin Mesir dan Qatar untuk menekan Hamas agar menyetujui gencatan senjata dan kesepakatan penyanderaan menjelang putaran baru perundingan di Kairo. Israel juga mewaspadai kemungkinan serangan balasan dari Iran sebagai reaksi atas terbunuhnya jenderal Iran pada 1 April.