Joshua Dean, Pembocor Masalah Keamanan Boeing Meninggal Mendadak
Joshua Dean, mantan auditor kualitas di pemasok Boeing, Spirit AeroSystems, meninggal dunia setelah berjuang melawan infeksi yang menyebar dengan cepat, pada Selasa (30/4). Ia merupakan salah satu pelapor pertama yang menuduh pimpinan Spirit telah mengabaikan cacat produksi pada 737 MAX.
Dean tinggal di Wichita, Kansas, di mana Spirit berkantor. Dia berusia 45 tahun, dalam kondisi sehat dan dikenal memiliki gaya hidup sehat. Menurut bibinya, Carol Parsons, Dean meninggal setelah dua minggu dalam kondisi kritis.
"Simpati kami bersama keluarga Josh Dean. Kepergiannya yang tiba-tiba ini merupakan berita yang sangat mengejutkan bagi Spirit dan orang-orang yang dicintainya,” ujar Juru bicara Spirit Joe Buccino, seperti dikutip Seattle Times, pada Rabu (1/5).
Dean telah memberikan kesaksian dalam gugatan pemegang saham Spirit dan mengajukan keluhan kepada Administrasi Penerbangan Federal yang menuduh pelanggaran serius dan berat oleh manajemen kualitas senior lini produksi 737 di Spirit.
Dean, seorang insinyur mesin, mulai bekerja di Spirit pada tahun 2019. Dia diberhentikan pada tahun berikutnya setelah pemutusan hubungan kerja terkait pandemi dan kembali ke Spirit pada Mei 2021 sebagai auditor kualitas.
Spirit memecat Dean pada bulan April 2023 setelah kesaksian dalam gugatan pemegang saham. Dean lantas mengajukan keluhan kepada Departemen Tenaga Kerja dan menuduh bahwa pemecatannya merupakan pembalasan karena ia menyuarakan keprihatinan terkait keselamatan penerbangan.
Parsons mengatakan bahwa Dean jatuh sakit dan pergi ke rumah sakit karena mengalami kesulitan bernapas lebih dari dua minggu yang lalu. Dia diintubasi dan mengalami pneumonia dan kemudian infeksi bakteri serius, Methicillin-resistant Staphylococcus aureus atau MRSA.
Kondisinya memburuk dengan cepat. Parsons mengatakan Dean , diterbangkan dari Wichita ke rumah sakit di Oklahoma City. Di sana ia dipasangkan mesin ECMO, yang mengedarkan dan mengoksigenasi darah pasien di luar tubuh, mengambil alih fungsi jantung dan paru-paru ketika organ tubuh pasien tidak bekerja dengan sendirinya.
Ibunya memposting pesan di Facebook yang menceritakan semua rincian tersebut dan mengatakan bahwa Dean berjuang untuk hidupnya. Dia dibius total dan menjalani dialisis. "Hasil CT scan menunjukkan bahwa ia menderita stroke," kata postingan ibunya.
Pada akhirnya, dokter mempertimbangkan untuk mengamputasi kedua tangan dan kedua kakinya. “Sungguh brutal apa yang dia alami,” kata Parsons.
Kematian Kedua bagi Pelapor Boeing
Dean diwakili oleh sebuah firma hukum di South Carolina yang juga mewakili pelapor Boeing, John “Mitch” Barnett. Barnett ditemukan tewas dalam kasus bunuh diri pada bulan Maret. Dia sedang memberikan kesaksian yang menuduh Boeing melakukan pembalasan terhadapnya atas keluhan tentang penyimpangan kualitas ketika dia ditemukan tewas akibat luka tembak di Charleston, S.C. Di kota itu Boeing memiliki fasilitas produksi 787.
Kantor Koroner Charleston County melaporkan bahwa kematian Barnett tampaknya disebabkan oleh “luka tembak yang disebabkan oleh dirinya sendiri.” Hampir dua bulan kemudian, penyelidikan polisi atas kematiannya masih berlangsung.
Brian Knowles, salah satu pengacara Dean, mengatakan bahwa ia tidak ingin berspekulasi mengenai waktu dan keadaan yang berdekatan dari kedua kematian tersebut.
“Pelapor pelanggaran sangat dibutuhkan. Mereka mengungkap kesalahan dan korupsi demi kepentingan masyarakat. Dibutuhkan banyak keberanian untuk berpegang teguh pada pendirian ini,” kata Knowles. “Ini adalah situasi yang sulit. Pikiran kami sekarang bersama keluarga John dan keluarga Josh.”