Sekjen PBB Kecam Aksi Israel Serang Kamp Pengungsi di Rafah

Safrezi Fitra
30 Mei 2024, 14:11
Sekjen PBB Kecam Aksi Israel Serang Kamp Pengungsi di Rafah, Desakan dunia terhadap PBB untuk israel
ANTARA FOTO/Raisan Al Farisi/tom.
Button AI Summarize

Sekretaris Jenderal (Sekjen) Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Antonio Guterres mengecam keras serangan Israel ke sebuah kamp pengungsi di Rafah, Gaza. Dalam beberapa hari terakhir Israel membombardir tenda-tenda pengungsi di Rafah.

Serangan pada Minggu (26/5) ini telah menewaskan sedikitnya 45 orang termasuk 23 wanita, sejumlah anak-anak dan orang tua, serta melukai 249 orang. Guterres juga telah mengutuk keras serangan udara Israel di Rafah yang menghantam tenda-tenda yang dihuni oleh para pengungsi.

"Guterres kembali menegaskan permintaannya untuk gencatan senjata sesegera mungkin dan pembebasan semua sandera secepatnya dan tanpa syarat. Dia mengingatkan kembali perintah terbaru Mahkamah Internasional, yang bersifat mengikat dan harus dipatuhi," kata juru bicara Guterres, Stephane Dujarric, dalam pernyataannya pada Selasa (28/5).

Israel tidak mempedulikan resolusi Dewan Keamanan PBB yang menuntut gencatan senjata segera di wilayah Gaza. Bahkan Israel pun telah dituduh melakukan genosida di Mahkamah Internasional (ICJ), yang dalam keputusan terbarunya memerintahkan Israel untuk segera menghentikan operasinya di kota Rafah, Gaza selatan.

Meskipun mendapat kecaman internasional, Israel tetap melanjutkan serangannya ke kota Rafah, Gaza. Rafah merupakan tempat lebih dari satu juta warga Palestina mencari perlindungan dari perang sebelum kota tersebut diserbu pada tanggal 6 Mei lalu.

Israel terus melanjutkan serangannya di Jalur Gaza, sebagai balasan serangan yang dilakukan oleh kelompok Palestina Hamas pada Oktober tahun lalu. Hampir delapan bulan serangan yang terus dilakukan Israel mengakibatkan sebagian besar wilayah Gaza hancur, akses makanan, air bersih, dan obat-obatan pun diblokade.

Lebih dari 37.171 orang telah terbunuh dan 81.420 lainnya terluka di wilayah kantong tersebut, sebagian besar adalah perempuan dan anak-anak, dan sebagian besar wilayah Gaza berada dalam reruntuhan di tengah blokade makanan, air bersih dan obat-obatan yang melumpuhkan.

Utusan Palestina di PBB menekankan situasi suram di Gaza. Israel telah menghancurkan segalanya di Gaza. Sekitar 2,3 juta orang yang terus-menerus berjuang melawan kematian selama delapan bulan terakhir. Palestina juga meminta Dewan Keamanan untuk menjunjung tinggi tugasnya untuk melindungi batas yang ditetapkan untuk Gaza

“Jika kita memutuskan untuk mengadakan pemakaman setiap hari untuk setiap warga Palestina yang terbunuh dalam delapan bulan terakhir, maka kita memerlukan waktu 100 tahun untuk menghormati mereka semua,” kata Majed Bamya, wakil perwakilan tetap Palestina untuk PBB di Dewan Keamanan, seperti dikutip Anadolu, Rabu (29/5).

Desakan Kepada Dewan Keamanan PBB

Rusia

Rusia meminta DK PBB untuk menekan Israel dan sekutunya Amerika Serikat. Wakil Perwakilan Tetap Rusia untuk PBB, Anna Evstigneeva, mengatakan Israel bermaksud untuk melanjutkan “operasinya” di Gaza meskipun tidak mencapai tujuannya.

Evstigneeva mencatat bahwa tuduhan Israel atas kekerasan seksual dan keterlibatan pegawai Badan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA) dalam serangan 7 Oktober telah menjadi bumerang dan terbukti tidak berdasar. "Jelas bahwa kita tidak bisa mengharapkan mesin militer Israel menghentikan tindakannya dalam waktu dekat."

Aljazair

Aljazair menuntut DK PBB untuk memikul tanggung jawab hukum dan menegakkan keputusan ICJ. “Penderitaan rakyat Palestina dimulai dengan pendudukan dan hanya akan berakhir ketika pendudukan selesai,” kata Perwakilan tetap Aljazair untuk PBB, Amar Bendjama.

Israel telah menyetujui pemukiman ilegal baru di Tepi Barat yang diduduki. Tindakan ini, kata Bendjama, melanggar resolusi DK PBB namun belum dihukum oleh dewan.

"Menunggu kekuatan pendudukan untuk secara sukarela mematuhi hukum internasional dan resolusi Dewan Keamanan tidak ada gunanya. Otoritas pendudukan telah memperjelas bahwa mereka tidak akan mematuhi perintah Mahkamah Internasional," ujarnya.

Sebaliknya, Israel terus menutupi kejahatannya dengan menyebutnya sebagai kesalahan tragis. Dia juga menekankan bahwa dewan harus menegakkan keputusan ICJ.

Afrika Selatan

Perwakilan tetap Afrika Selatan untuk PBB, Mathu Joyini, mengatakan masalah Israel-Palestina telah menjadi agenda dewan sejak keberadaan PBB. Dia juga mencatat bahwa ketika dewan gagal mengakhiri perang, banyak orang akan mati.

“Berapa kali dewan harus diingatkan mengenai masalah ini sebelum dapat mengambil tindakan yang berarti?” tanya Joyini sambil menekankan bahwa dewan harus menyerukan gencatan senjata. Gencatan senjata yang diminta selama Ramadhan di Gaza pun tidak dilaksanakan dan DK PBB tidak memberikan tanggapan yang tepat.

Dia mengatakan bahwa berdasarkan keputusan ICJ, semua negara juga berkewajiban untuk mencegah Israel melakukan genosida dan tidak melanggar Konvensi Genosida dengan mendukungnya, dan memperingatkan Ini secara tiba-tiba memaksakan kewajiban pada semua negara untuk menghentikan pendanaan dan memfasilitasi tindakan militer Israel, yang mungkin merupakan genosida. Joyini melaporkan, Afrika Selatan telah menyerahkan dokumen yang berisi bukti niat genosida Israel.

AS

Wakil perwakilan tetap Amerika Serikat untuk PBB, Robert Wood, menyadari serangan udara Israel dan serangan serupa terhadap warga sipil pada tanggal 26 Mei telah merusak tujuan strategis Tel Aviv di Gaza.

Wood menyatakan bahwa keputusan tindakan pencegahan ICJ pada tanggal 24 Mei sejalan dengan sikap AS. "AS juga menentang operasi militer besar-besaran di jantung Rafah yang akan membahayakan sejumlah besar warga sipil."

Wood menyatakan bahwa ada alternatif yang lebih baik dibandingkan "operasi besar" Israel yang bertujuan mengalahkan Hamas, dan menyatakan keprihatinan atas terbatasnya jumlah bantuan yang mencapai Gaza.

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...