Pesawat Jeju Air Jatuh Diduga Gara-gara Burung, Mengapa Bisa Terjadi?
Pesawat Jeju Air rute Bangkok-Muan jatuh di Bandara Musan, Muan, Korea Selatan pada Minggu (28/12). Otoritas Penerbangan setempat menduga kecelakaan ini disebabkan oleh burung.
Mengutip Yonhap, Insiden terjadi pada pukul 9:07 pagi waktu setempat. Pesawat keluar dari landasan pacu saat mendarat dan bertabrakan dengan pagar bandara.
Otoritas penerbangan Korea Selatan menduga, roda pesawat yang tak dapat berfungsi akibat bertabrakan dengan burung menjadi penyebab kecelakaan. Adapun evaluasi menyeluruh terkait penyebab kecelakaan masih diinvestigasi.
Pesawat mengangkut 181 orang, termasuk enam awak pesawat, berada di dalam pesawat yang kembali dari Bangkok. Sebagian besar penumpang adalah warga negara Korea, kecuali dua warga negara Thailand. Pihak berwenang telah memadamkan api awal dan mengatakan bahwa operasi pencarian dan penyelamatan sedang berlangsung di lokasi kecelakaan.
Bagaimana burung bisa menyebabkan kecelakaan pesawat?
Mengutip Aljazeera, Administrasi Penerbangan Federal mencatat lebih dari 14.000 kasus tabrakan burung dilaporkan setiap tahun di Amerika Serikat saja. Pada tahun 2022, Otoritas Penerbangan Sipil Inggris melaporkan hampir 1.500 kasus tabrakan burung sepanjang tahun.
Sebuah studi yang dilakukan pada 2020 oleh peneliti Jerman di Universitas Teknologi Delft dan Institut Pemandu Penerbangan Belanda di Pusat Dirgantara Jerman, mengamati tingkat tabrakan burung per pergerakan pesawat di beberapa negara di seluruh dunia. Ditemukan bahwa Australia memiliki tingkat tabrakan burung tertinggi atau hampir delapan untuk setiap 10.000 pergerakan pesawat. AS memiliki tingkat terendah yaitu 2,83.
Beberapa faktor membuat burung berisiko bertabrakan dengan pesawat terbang.
Burung secara alami tertarik pada habitat yang sering kali berada di sekitar bandara, seperti lapangan terbuka, lahan basah, dan badan air yang berfungsi sebagai tempat mencari makan dan bersarang.
Sebagai contoh, burung flamingo biasanya hidup di danau dan laguna yang besar dan dangkal yang dekat dengan lahan yang dipilih untuk pembangunan bandara pesisir.
Meskipun bandara pedalaman memiliki lebih sedikit aktivitas burung, genangan air di trotoar yang tidak rata dapat membuat mereka tertarik
Banyak burung yang bermigrasi sering kali menjadi penyebab. Jalur penerbangan mereka dapat bersinggungan dengan rute lalu lintas udara, terutama selama musim migrasi ketika mereka melakukan perjalanan jauh untuk bepergian antara tempat berkembang biak dan mencari makan.
Burung sering terbang dalam kawanan, yang meningkatkan kemungkinan banyaknya korban jiwa jika terjadi tabrakan.