Struktur Penyangga Bambu Diduga Percepat Kebakaran Maut di Apartemen Hong Kong
Para penyelidik menduga struktur penyangga sementara atau scaffolding bambu menjadi salah satu faktor yang mempercepat penyebaran kebakaran di blok apartemen yang terletak di Wang Fuk Court, Hong Kong, pada Rabu (26/11).
Kebakaran tersebut menewaskan sedikitnya 44 orang dan menyebabkan hampir 300 orang hilang. Wilayah itu disebut menjadi salah satu tempat di dunia yang masih memakai bambu untuk perancah bangunan konstruksi.
Kebakaran yang menganguskan kompleks apartemen Wang Fuk Court di Tai Po, New Territories tersebut menjadi kebakaran paling fatal di Hong Kong dalam beberapa dekade. Api melahap delapan menara setinggi 31 lantai yang menampung sekitar 2.000 unit dan dihuni lebih dari 4.800 orang.
Petugas pemadam kebakaran kesulitan mencapai lantai atas kompleks perumahan Wang Fuk Court karena panas yang menyengat dan asap tebal dari kebakaran. Petugas mengatakan mereka telah mengendalikan empat blok, sementara operasi di tiga blok masih berlanjut setelah lebih dari 15 jam.
Polisi juga telah menangkap tiga orang terkait perusahaan konstruksi pemeliharaan apartemen. Aparat mengatakan ketiganya ditangkap karena dugaan kelalaian yang menyebabkan kebakaran.
"Kami memiliki alasan untuk meyakini bahwa pihak-pihak yang bertanggung jawab di perusahaan tersebut sangat lalai, yang menyebabkan kecelakaan ini dan menyebabkan api menyebar tak terkendali," kata Kepala Markas Besar Wilayah Utara New Territories Kepolisian Hong Kong, Eileen Chung dikutip dari CNBC, Kamis (27/11).
Petugas lapangan belum mengetahui penyebab pasti kebakaran. Namun, scaffolding bambu yang menyelubungi gedung beserta jaring konstruksi berwarna hijau diduga mempercepat merambatnya api ke unit-unit hunian.
Melansir pemberitaan The Guardian (26/11), Hong Kong masih menjadi salah satu negara yang mempertahankan penggunaan bambu untuk konstruksi. Rangkaian batang bambu yang terikat kabel plastik dan membungkus gedung-gedung bertingkat tinggi masih mudah ditemui di kota itu.
Pekerja konstruksi menilai bambu lebih ringan dan lebih murah dibandingkan rangka logam. Penggunaan bambu juga dianggap sebagai seni tradisional, bahkan terlihat dalam gulungan lukisan Dinasti Han berusia 2.000 tahun.
Pada Maret lalu, Pemerintah Hong Kong memutuskan untuk mengurangi penggunaan bambu dan beralih ke baja tahan api demi alasan keselamatan. Dari data otoristas setempat, 23 pekerja tewas sejak 2018 akibat kecelakaan industri yang melibatkan scaffolding bambu.
Pemerintah menargetkan 50% proyek konstruksi publik wajib memakai rangka logam. Selain tahan api, logam juga dianggap lebih kuat menghadapi cuaca lembap Hong Kong dibandingkan bambu.
Namun, Serikat Pekerja Scaffolding Bambu Hong Kong dan Kowloon menolak penghapusan bambu. Mereka beralasan, perbedaan ukuran dan bentuk batang bambu membutuhkan keahlian khusus para ahli atau master bambu. Mereka juga khawatir mata pencaharian itu akan hilang jika Hong Kong beralih penuh ke rangka baja.

