Hasil Survei: Mayoritas Warga Indonesia Tolak ISIS dan HTI
Mayoritas masyarakat masih mendukung bentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang berdasarkan Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika. Meski, ada sedikit masyarakat yang mendukung Indonesia berubah menjadi negara khilafah.
Hal ini diketahui berdasarkan hasil survei Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) yang dirilis pada Minggu (4/6).
Sebanyak 79,3 persen responden menyatakan NKRI adalah yang terbaik bagi Indonesia. Hanya 9,2 persen responden yang setuju NKRI diganti menjadi negara khilafah atau negara Islam. Sementara 11,5 persen lainnya responden mengaku tidak tahu atau tidak menjawab.
“Dukungan pada NKRI yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 nampak masih sangat solid dalam temuan ini,” kata saiful Mujani dalam siaran persnya.
Selain itu, dalam survei yang digelar sepanjang Mei 2017 ini menemukan bahwa dari 66,4 persen yang tahu ISIS (negara Islam Irak dan Syiria), 89,6 persen menyatakan tidak atau sangat tidak setuju dengan perjuangan mereka. Bahkan, 91,3 persen di antaranya mendukung negara melarang penyebaran ideologi tersebut. (Baca juga: Teror ISIS di Dunia)
Lalu bagaimana dengan Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) yang juga memiliki gagasan dan perjuangan pendirian khilafah? “Tidak berbeda dengan ISIS, penolakan pada organisasi ini juga sangat tinggi,” kata Saiful. (Baca juga: Larangan Bagi Hizbut Tahrir di Berbagai Negara)
Dari 28,2 persen warga yang tahu, 56,7 persen mengerti HTI memperjuangkan gagasan khilafah. Sementara dari 75,4 persen yang tahu niat pemerintah membubarkan HTI, sebanyak 78,4 persen menyetujuinya.
Temuan ini, menurut Saiful, sejalan sikap umum masyarakat Indonesia (99 persen) yang bangga sebagai warga negara Republik Indonesia. “Ketika ditanya apakah bersedia menjadi relawan penjaga NKRI, 84,5 persen menyatakan bersedia dan sangat bersedia,” ujarnya.
Survei ini juga menemukan 14,5 persen warga menganggap Indonesia sekarang melemah. Penyebabnya, menurut 39,4 persen responden, adalah adanya ancaman dari paham-paham agama tertentu.
Survei yang menggunakan dana CSR (Corporate Social Responsibility) SMRC ini bertujuan untuk merespons pertanyaan yang muncul di masyarakat, yaitu tentang apakah Indonesia dalam bentuk yang sekarang bisa bertahan.
Pertanyaan itu muncul bukan terutama karena perubahan sosial ekonomi, seperti ketimpangan pendapatan, karena hal itu bukan gejala baru, sementara kekhawatiran soal kelangsungan NKRI relatif baru. (Baca juga: Tergolong Kejahatan Kemanusiaan, Persekusi Perlu Diproses Hukum)
Kemungkinan yang paling kuat menjadi penyebab keprihatian akan kelangsungan NKRI, kata Saiful, adalah munculnya fenomena ISIS yang secara eksplisit memperjuangkan gagasan penggantian dasar dan bentuk negara. Dan sekarang, yang secara terang-terangan mengkampanyekan cita-cita pendirian khilafah adalah Hizbut Tahrir Indonesia (HTI).
Saiful Mujani menyimpulkan bahwa jika sikap publik dalam survei ini diartikan sebagai sikap kebanyakan orang, maka “ISIS, HTI, dan yang sejenis dengan itu adalah musuh publik Indonesia.”