Punya Cukup Modal Bikin Bank Syariah Semakin Percaya Diri
Sejak melakukan penggabungan tiga anak perusahaan BUMN bidang perbankan syariah per 1 Februari 2021, Bank Syariah Indonesia (BSI) mencatatkan pertumbuhan yang signifikan. Pertumbuhan tersebut meliputi pertumbuhan jumlah nasabah, Dana Pihak Ketiga (DPK) serta peningkatan aset.
Hal tersebut dikemukakan VP Business Planning & Evaluation BSI Lucky Affriansyah dalam Webinar Semarak Ramadan 1442 H bertajuk "NGAJI FINANSIAL: Faedah Menabung di Bank Syariah" oleh Katadata, baru-baru ini. Menurutnya, pandemi yang belum berakhir hingga kini, justru memberikan berkah bagi BSI lantaran terjadi perubahan perilaku nasabah.
“Dari sisi kinerja perbankan, kami di bank syariah memiliki target market para pegawai ASN maupun swasta. Dengan kondisi pandemi, para pegawai tidak bisa melakukan aktivitas normal seperti berwisata atau (jalan-jalan) ke luar negeri, sehingga dana yang sudah disiapkan masih ada di dalam tabungan,” tutur Lucky.
Di tengah kondisi yang masih tidak pasti akibat pandemi, nasabah lebih banyak menabung uangnya di bank daripada membelanjakannya. Situasi ini membuat jumlah dana nasabah yang disimpan di bank syariah meningkat pesat.
Tak hanya itu, kebijakan Kanun pemerintahan Propinsi Nangro Aceh Darusalam yang mengharuskan seluruh bank di Aceh memakai sistem syariah juga menyumbang DPK sangat besar. Lucky menjelaskan pula bahwa, pada 2020, pihaknya melakukan konversi besar-besaran dari project kanun di Aceh. “Kami dapat durian runtuh, nih,” imbuhnya. Ya, BSI menerima aliran dana konversi sebesar Rp 20 triliun.
Saat Bank Syariah Mandiri, BRI Syariah and BNI Syariah melebur menjadi Bank Syariah Indonesia, ketiganya telah memiliki 14,9 juta nasabah. Sementara itu, modal inti BSI sebesar Rp 20,4 triliun, sedangkan total aset per Desember 2020 sebesar Rp240 triliun. Kondisi ini menempatkan BSI pada urutan bank terbesar ke-7 secara nasional dalam jumlah kepemilikan aset.
Dengan masuknya Dana Pihak Ketiga dari program Kanun Aceh senilai Rp 20 triliun, tentu menambah kekuatan bank syariah untuk bersaing dengan bank konvesional.
Fauziah Rizki Yuniarti selaku Peneliti Ekonomi Islam dari INDEF mengutarakan pula bahwa peningkatan pertumbuhan dana di bank syariah turut disebabkan jumlah tabungan di atas Rp 2 miliar meningkat selama pandemi Covid-19.
Menurut Fauziah, dengan semakin banyak modal yang masuk maka bank syariah di Indonesia semakin siap bersaing dengan bank konvensional. Apalagi, bank syariah memiliki nilai-nilai yang tidak ada di bank konvensional. Mulai dari perbedaan orientasi, yang mana bank syariah lebih mengutamakan keberkahan selain profit, dan fokus terhadap nilai keadilan sosial, return dengan sistem bagi hasil bukan bunga, serta pendekatan religius bank syariah yang khas.