Kemenkes Soroti 5 Klaster Covid-19 yang Merebak Saat Ramadan
Menjelang Lebaran, pemerintah memperingatkan potensi peningkatan kasus Covid-19 di Indonesia. Setidaknya ada lima klaster penularan Covid-19 yang kini dikhawatirkan berpotensi menjadi superspreader.
Juru Bicara Vaksinasi Covid-19, Kementerian Kesehatan, Siti Nadia Tarmizi menyatakan, di antara klaster yang teridentifikasi itu ada yang terkait dengan aktivitas masyarakat saat Ramadan.
"Pertama, dimulai dari adanya klaster perkantoran. Kedua, klaster buka puasa bersama. Ketiga, klaster tarawih di Banyumas. Keempat, klaster mudik di Pati. Kelima, klaster takziah di Semarang," kata Nadia dalam konferensi pers, Jumat (30/4).
Nadia mengatakan, klaster baru yang ditemukan ini disebabkan oleh masyarakat yang mulai abai dalam menerapkan protokol kesehatan, terutama saat melaksanakan ibadah tarawih berjamaah.
Contohnya di Banyumas, ada 51 orang positif Covid-19. “Mereka terpapar Covid-19 setelah ada satu jamaah yang sudah positif Covid-19 nekat melaksanakan sholat berjamaah di masjid,” kata Nadia.
Ia menyarankan, bagi masyarakat yang memang sudah memiliki gejala seperti Covid-19, lebih baik melaksanakan ibadah di rumah. Ia berpesan, agar kebijakan relaksasi beribadah yang diberikan pemerintah harus dibarengi dengan protokol kesehatan yang ketat.
Simak Databoks berikut:
Selain itu, aktivitas buka puasa bersama juga perlu menjadi perhatian. “Pada prinsipnya, makan atau berbicara pada saat makan bersama juga bisa menjadi faktor yang memungkinkan terjadinya penularan virus ini,” ujarnya.
Lebih lanjut, Nadia menjelaskan, hari ini jumlah kasus positif Covid-19 bertambah 5.500, sementara pada Kamis (29/4) kemarin penambahan kasus mencapai 5.833. Angka ini lebih tinggi dari jumlah kasus harian yang pada pekan lalu berkisar antara 4.000-5.000 kasus.
Selain itu, terjadi peningkatan kasus kematian sebesar 20% dalam sepekan terakhir. Begitu juga, tren kasus rawat inap di rumah sakit juga terjadi peningkatan sebesar 1,28%.
Sementara, jumlah spesimen yang diperiksa masih sebesar 12,25%. “Tentunya ini menjadi alarm bagi kita untuk lebih waspada terhadap penularan Covid-19,” ujarnya,” katanya.