UIN Yogya Akan Beri Gelar Honoris Causa, Ini Profil Paus Fransiskus
Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga, Yogyakarta, berencana memberikan gelar kehormatan Doktor Honoris Causa (HC) kepada pemimpin agama Katolik saat ini, Paus Fransiskus, dan Imam Besar Al Azhar, Mesir, Syekh Ahmed al-Tayeb. Dua tokoh tersebut dianggap memiliki jasa besar dalam kemanusiaan dan toleransi.
Dalam audiensi dengan Kementerian Agama, Rektor UIN Sunan Kalijaga Al Makin menyampaikan pemberian gelar ini sudah mendapatkan persetujuan dari beberapa pihak. “Kami sudah mengajukan, dan alhamdulillah mendapatkan dukungan dari berbagai pihak,” katanya, Senin (26/7), dikutip dari situs resmi Kementerian Agama.
Untuk teknis pemberian gelar, dapat dilakukan secara langsung dengan menghadirkan kedua tokoh ini ke Indonesia atau melalui sambungan virtual. “Jika kedua tokoh agama dunia ini berkenan hadir di Indonesia, maka akan memberi impact luar biasa bagi dunia Internasional,” ujar Al Makin.
Merespon hal itu, Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas mengatakan pihaknya mendukung pemberian gelar kehormatan tersebut. Namun, semuanya harus sesuai dengan regulasi yang berlaku. “Jika regulasi, secara administrasi bisa diberi gelar kehormatan, saya mendorong ini untuk ditindaklanjuti,” ucapnya.
Yaqut menilai dia mendukung usulan ini karena sejalan dengan rencana Presiden Joko Widodo yang akan mencanangkan 2022 sebagai tahun toleransi. “Pemberian gelar kehormatan kepada kedua tokoh tersebut momentumnya sangat kuat,” ujar mantan Panglima Tertinggi Banser Nahdlatul Ulama tersebut.
Gelar honoris causa adalah sebuah gelar kesarjanaan yang diberikan oleh perguruan tinggi kepada seseorang yang dianggap memiliki jasa atau karya yang luar biasa bagi ilmu pengetahuan dan umat manusia.
Tentang Paus Fransiskus
Salah satu tokoh yang akan diberi gelar HC ini adalah Jorge Mario Bergoglio atau biasa kita kenal dengan sebutan Paus Fransiskus. Ia lahir di Buenos Aires, Argentina, 17 Desember 1936.
Setelah menyelesaikan pendidikan tingginya, ia kemudian bekerja sebagai ahli kimia untuk perusahaan makanan. Bergoglio juga pernah menjadi seorang bouncer (security) di klub malam.
Hidupnya berubah 180 derajat tatkala ketika berumur 21 tahun. Bergoglio menderita pneumonia yang menyebabkan paru-paru kanannya terpaksa diangkat. Akhirnya pada 1958, ia memutuskan bergabung dengan Ordo Jesuit dan mempelajari teologi untuk menjadi pastur.
Dia resmi menjabat sebagai pastur pada 1969 dan menjadi pemimpin Jesuit Argentina pada 1973 hingga 1979. Dia kemudian dilantik oleh Paus Yohanes Paulus II menjadi Uskup Buenos Aire pada 1998 dan menjadi Kardinal tiga tahun kemudian.
Ketika Bergoglio menjadi uskup, Argentina sedang dilanda krisis ekonomi. Ia lalu mendapat pujian karena kerendahan hati, kesederhanaan, dan perannya dalam membela orang miskin.
Setelah Paus Benediktus XVI memutuskan mengundurkan diri dari jabatan kepausan di 2013, papal conclave (pemungutan suara untuk memilih Paus) memutuskan Bergoglio menjadi pemimpin umat Katolik selanjutnya.
Bergoglio memilih nama Fransiskus (Francis) sebagai nama papal-nya untuk menghormati Santo Fransiskus dari Assisi. Selama masa kepausannya Paus Fransiskus terkenal akan kerendahan hati dan kesederhanaan yang tidak pernah berubah.
Ia juga melakukan reformasi gerejanya dengan menolak berbagai tradisi-tradisi gereja yang, menurut dia, diskriminatif. Dia juga terkenal akan dukungannya pada kaum miskin, dan mendorong agar Vatikan tidak hanya menolong kaum Katolik tapi juga non-Katolik.
Penyumbang bahan: Dhia Al Fajr (magang)