Memasuki Usia ke-275, Pos Bidik Bisnis Logistik Jadi Tulang Punggung
Bisnis logistik atau jasa pengiriman termasuk bidang usaha yang mampu bertahan di tengah pandemi Covid-19. Asosiasi Logistik dan Forwarder Indonesia (ALFI) sempat menyebutkan, kegiatan logistik yang tetap tumbuh khususnya logistisk e-commerce dan layanan pengiriman barang.
Jelang pengujung 2020, sejumlah pemberitaan menyebutkan, berdasarkan data Kementerian Keuangan diketahui bahwa transaksi pembelian melalui e-commerce meningkat 18,1 persen menjadi 98,3 juta. Angka ini setara dengan total nilai transaksi naik 9,9 persen menjadi Rp 20,7 triliun.
Menyadari besarnya potensi tersebut, PT Pos Indonesia (Persero) memutuskan untuk bertransformasi dengan lebih memprioritaskan bisnis jasa logistiknya. Hal ini dikemukakan langsung oleh Direktur Utama PT Pos Indonesia (Persero) Faizal Rochmad Djoemadi.
Pos sebagai salah satu BUMN tertua di Indonesia menargetkan dalam empat hingga lima tahun mendatang dapat memposisikan bisnis logistik sebagai tulang punggung. Saat ini, usaha logistik berada pada urutan ketiga setelah kurir dan jasa keuangan.
“Pendapatan terbesar kami sekarang ada di kurir, serta jasa keuangan, logistik, barulah properti. Kami ingin dalam lima tahun ke depan, logistik menjadi nomor satu baru disusul jasa keuangan dan layanan kurir. Logistik ini size pasarnya besar, ambil sedikit saja sudah luar biasa,” tuturnya kepada Katadata, Senin (9/8/2021).
Strategi bisnis tersebut ditempuh Pos Indonesia seiring dengan proses transformasi besar-besaran yang sedang dilakukan perusahaan. Proses digitalisasi ditempuh agar bisnis yang dibangun sejak 274 tahun lalu mampu terus bertahan beradaptasi dengan perkembangan zaman.
Pos menyadari betul ketatnya persaingan bisnis khususnya pada masa pandemi Covid-19 yang melanda Indonesia sekitar 1,5 tahun terakhir. Tapi, perseroan tetap optimistis mengingat Pos Indonesia memiliki apa yang tak dipunya perusahaan penyedia jasa pengiriman lain, yaitu area layanan yang begitu luas.
Terdapat lebih dari 4.800 kantor pos di Tanah Air. Total area layanan mencapai sekitar 54.000 titik di berbagai penjuru, tersebar dari Aceh sampai dengan Papua. “Kami harus bertransformasi karena seluruh portofolio Pos porsi pasarnya kecil. Kami kalah di pasar. Agar bertahan, perlu transformasi,” ucap Faizal.
Guna mencapai target bisnisnya dalam waktu lima tahun mendatang, Pos mengoptimalkan PosAja. Aplikasi ponsel ini bakal jadi salah satu produk andalan untuk bisnis logistik Pos Indonesia.
PosAja dirilis guna memfasilitasi kebutuhan masyarakat dalam pengiriman barang. Kemudahan aplikasi ini terutama pengguna bisa menginput data pengiriman secara mandiri dan meminta penjemputan barang ke lokasi pengirim.
“PosAja menyiapkan mitra khusus untuk jemput dan antar barang, mereka adalah O-Ranger. Mitra O-Ranger juga direkrut dengan prosedur yang terdigitalisasi. Jadi, kami memang mengubah total kultur bekerja kami, agar perusahaan ini agile dan berkembang sesuai kebutuhan pasar,” tutur Faizal.
Pada dasarnya, PosAja merupakan bentuk dukungan nyata Pos Indonesia terhadap usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). Melalui aplikasi ini, pelaku UMKM juga bisa menjangkau layanan logistik internasional alias kirim barang ke luar negeri dengan harga kompetitif, bisa menembus 192 negara.